10 Hal Filosofi Pariwisata Selandia Baru yang dapat Diteladani Indonesia

marketeers article

Selandia Baru menjadi negara yang cukup berhasil dalam menghadapi wabah COVID-19. Saat ini, negara yang terkenal dengan keindahan alamnya ini telah berangsur pulih dan siap membuka kembali pariwisatanya untuk turis mancanegara. Uniknya dari 5 juta penduduk di Selandia Baru, banyak turis yang datang berwisata di negara ini jumlahnya hampir menyamai jumlah penduduk asli negara tersebut, yakni sekitar 4,5-5 juta jiwa.

Pemerintah Selandia Baru sangat konsen dengan masalah lingkungan. Seperti yang diungkap oleh Tantowi Yahya, Duta Besar Republik Indonesia untuk Selandia Baru bahwa ada tiga alasan pokok yang menjadi kunci keberhasilan pariwisata di Selandia Baru, yaitu keselarasan antara keindahan alam, kekayaan budaya, dan rasa aman.

“Di antara tiga kunci sukses pariwisata ini alamnya harus indah, Indonesia punya, kekayaan budaya Indonesia lebih banyak daripada Selandia Baru. Nah, yang ketiga rasa aman, kita belum punya. Setiap pelancong kalau pergi ke luar negeri ingin rasa aman,” ungkap Tantowi pada sesi virtual The 2nd Planet Tourism Indonesia 2021, Rabu (22/09/2021).

Terkait dengan tiga kunci kesuksesan pariwisata Selandia Baru, Tantowi juga menyebutkan 10 hal yang menjadi filosofi pariwisata di Selandia Baru. Pertama, embedding sustainability. Pemerintah Selandia Baru sangat konsen dengan sustainability atau keberlangsungan atas alam yang mereka miliki. Kedua, managing destinations, yaitu terkait objek pariwisata, pemerintah sangat serius melakukan riset mengenai objek-objek pariwisata yang mereka buka untuk turis.

“Banyak objek wisata, tapi pemerintah Selandia Baru tetap lakukan riset terkait destinasi-destinasi  baru. Menariknya selama pandemi, New Zealand dua tahun menutup diri. Keinginan masyarakatnya untuk mendatangi negara tertentu itu disubstitusi dengan mereplikasikan beberapa tempat di sini seolah-olah itu pengganti negara-negara lain yang mereka tidak bisa kunjungi,” jelas Tantowi.

Beberapa negara yang disubstitusi oleh New Zealand antara lain, Perancis, Indonesia, dan banyak negara lainnya. Pemerintahnya menciptakan lahan pertanian seperti di negara Perancis, pantai seperti di Bali dan tempat-tempat lain direplikasikan dalam objek wisata di Selandia Baru. Hal ini membuat pariwisata menjadi bergairah kembali di tengah masa pandemi dan situasi lockdown seperti sekarang ini.

Ketiga, growing and shaping demand. Pemerintah Selandia baru berupaya untuk menumbuhkan dan menciptakan permintaan akan objek-objek wisata di dalam negerinya sendiri. Keempat, yaitu embracing Tikanga Maori. Hal keempat ini merupakan program eksplorasi Budaya Mauri, sebagai budaya asli masyarakat di Selandia Baru.

“Pemerintah benar-benar memberdayakan dan mengkapitalisasikan dalam konteks positif, untuk menarik perhatian wisatawan (datang ke objek wisata Budaya Mauri),” kata Tantowi.

Kelima, Living Tiaki. Tiaki adalah sebuah komitmen atau ajakan kepada para turis untuk menghormati tradisi, adat istiadat dan kebersihan yang ada di lingkungan objek wisata. Tantowi berharap poin ini bisa diterapkan di Indonesia demi kemajuan dan pengembangan pariwisata di Tanah air.

Keenam, engaging the community. Melibatkan masyarakat setempat dalam Pariwisata, menjamin sustainable atau keberlangsungan industri di tempat itu. Dengan melibatkan masyarakat setempat, dan memberikan otoritas untuk menjaga kawasan pariwisata, maka keberlangsungan objek atau aset dapat bertahan dan berkembang dengan baik.

Ketujuh, measuring and managing industry carbon use. Pemerintah Selandia Baru sangat berkonsentrasi terhadap pengurangan penggunaan emisi, yang berdampak pada perubahan lingkungan, iklim, dan mereka mengaplikasikan semua hal tersebut dalam praktik-praktik pariwisata.

Kedelapan, investing in infrastructure and amenities. Sebagai negara yang memiliki pendapatan terbesar dari sektor pariwisata, pada kenyataannya Selandia Baru belum memiliki cukup hotel atau kamar bagi para wisatawan asing yang selalu berdatangan. Untuk itu negara ini selalu melakukan perbaikan fasilitas dan menambah infrastruktur guna memfasilitasi para wisatawan.

“Mereka tahu betul kekurangan kamar dan infrastruktur yang lain, uang dari pajak diinvestasikan secara besar-besaran pada infrastruktur ini. Setiap hari selalu ada perbaikan jalan untuk pariwisata,” tutur Tantowi.

Kesembilan, fostering domestic tourism. Pemerintah Selandia Baru memberikan dorongan kuat terhadap keberlangsungan pariwisata domestik dengan mengajak warga negaranya untuk mengunjungi objek wisata di daerah setempat.

Terakhir, investing to deliver quality tourism data and research. Selandia Baru memanfaatkan secara baik data-data turis mancanegara yang datang ke negaranya, untuk melakukan banyak riset penting guna mempertahankan keberlangsungan objek wisata yang mereka milihi. Sehingga, dalam membuat keputusan pada dasarnya Pemerintah Selandia Baru berpatokan pada data tourism.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS