3 Kunci Merawat Influencer Agar Budget Marketing Tak Terbuang Percuma

marketeers article
Ilustrasi influencer marketing (Sumber Gambar: 123RF)

Peran seorang influencer kian taktis bagi strategi komunikasi sebuah brand. Bukan tanpa alasan, riset menyebutkan bahwa rekomendasi orang terdekat dan media sosial mampu memengaruhi keputusan pembelian dari konsumen. Sebab itu, penting bagi para brand untuk merawat influencer yang bekerja sama dengan mereka agar investasi yang telah dikeluarkan tidak terbuang percuma. 

Berdasarkan data dari Nielsen Global Trust in Advertising,  89% orang Indonesia menempatkan kepercayaan yang lebih tinggi dari rekomendasi teman mereka ketika diperkenalkan ke produk dan layanan baru.

Sementara data Sprout Social menyebut, 74% konsumen membuat keputusan untuk membeli dari rekomendasi di media sosial.

Data ini pun diperkuat dengan temuan dari Hubspot Marketing Industry Trends yang menyebutkan bahwa pada tahun 2022, influencer marketing menjadi tren marketing nomor satu dari lima tren lainnya. Lima tren tersebut, meliputi desain website yang mobile-friendly, konten video pendek, acara virtual, dan experiential marketing. 

Sekitar 21% dari pemasar akan mencoba strategi ini dan 46% yang pernah mencoba, akan meningkatkan kembali investasinya pada strategi ini.

Meski begitu strategi ini tidak bisa dipakai dengan sembarangan jika investasi yang dikeluarkan tidak sia-sia. Berikut tiga tips agar anggaran influencer marketing tidak habis begitu saja.

Influencer bukan iklan baris

Pasal pertama yang harus selalu dipegang untuk merawat influencer adalah para influencer bukanlah media iklan baris. Hal ini disampaikan oleh Prasta Praba, Digital Associate Director BCW Indonesia dalam tayangan program Trending di YouTube Marketeers TV. 

“Sebagai agensi digital, kami masih melihat influencer sebagai paid media. Meski begitu, di sini kami berurusan dengan human being, bukan papan iklan baris. Pemahaman ini selanjutnya diturunkan ke strategi penentuan anggaran, matrik pengukuran, dan kualitas dari influencer tersebut.,” tegas pria yang akrab disapa Baba.

Influencer adalah brand representatif 

Kunci kedua dalam merawat influencer adalah mengenal posisi mereka. Dalam hal ini, penting bagi brand untuk menimbang dengan saksama ketika memilih seorang influencer yang akan diajak kerja sama. Pentin bagi brand untuk melihat image dan attitude dari influencer yang dituju. 

“Untuk membangun strategi yang efektif, kita harus selalu berangkat dari data, siapa audiens dan referensi mereka. Data ini yang bisa digunakan untuk penentuan influencer yang akan diajak,” lanjut Baba.  

Bangun komunikasi yang baik

Kunci ketiga dalam merawat influencer adalah komunikasi yang baik. Meski brand memegang posisi sebagai klien dari seorang influencer, penting bagi brand untuk tetap menjalin komunikasi yang baik dan merawat influencer yang dimilikinya.

Tujuannya beragam. Mulai dari mempermudah proses penyampaian arah strategi, menjaga proses eksekusi agar berjalan dengan baik, hingga menangkap peluang untuk mendapatkan bonus dari influencer tersebut. Jalinan pertemanan tentu akan membuahkan hasil yang berbeda dibandingkan dengan hubungan transaksional.

“Kita bisa lihat, konten yang mereka bangun seperti apa, komunikasi mereka seperti apa, dan bisa kasih bonus apa? Harapannya, bagaimana dengan budget yang lebih murah namun dapat value yang lebih tinggi. Influencer ini masih di upper funnel sebagai corong komunikasi bagi brand. Jadi perlu untuk dirawat,” tutup Baba. 

Untuk mendengar paparan Baba dengan lebih dalam, simak video berikut:

Related

award
SPSAwArDS