Bagaimana Mengelola Konten Vlog Khusus Untuk Fesyen Pria?

marketeers article
44203180 chilling after good ride. handsome young bearded man holding mobile phone while standing near his bicycle against the concrete wall

Saat ini menjadi vlogger sudah menjadi profesi. Banyak yang berlomba-lomba menjadi vlogger selain mendulang popularitas, vlogger juga dibutuhkan karena konten yang disajikan dibutuhkan oleh penontonnya. Tidak hanya anak muda, beberapa kalangan juga membutuhkan konten dari para vlogger, contohnya adalah konten terkait fesyen pria. Salah satu penyedia konten fesyen pria adalah vlogger Anugrah Aditya.

Nama Anugrah Aditya bukan nama yang asing dalam dunia musik Indonesia. ketika sedang tidak memproduksi musik, penyanyi yang terkenal dengan lagu Be Mine ini fokus menciptakan beragam konten vlog yang berhubungan gaya hidup pria, terutama fesyen.

“Saya main YouTube sudah lama. Namun sejak Maret 2016, saya mencoba untuk memonetisasi akun YouTube kalau sedang tidak produksi musik. Saya hobi sneakers dan jalan-jalan. Bagaimana kalau bikin review tentang sneakers,” ujarnya.

Ia menilai saat ini masih banyak vlogger yang sekadar bikin konten namun tidak mempersoalkan masalah monetisasi. Hal ini justru berkebalikan dengan dirinya. Ia menciptakan konten di YouTube dengan tujuan awal untuk monetisasi.

Melalui kontennya, Aditya mencoba untuk membuat perbedaan dengan konten dari vlogger yang lain. Hal ini ditunjukkan dengan visual yang memiliki ciri khas tersendiri. Semisal ia melakukan pengambilan gambar di ruang parkir di sebuah pusat perbelanjaan. Hal ini ia lakukan agar ada nuansa industrial dan urban yang ingin ia tonjolkan.

Saat ini kontennya secara rutin diunggah dua kali dalam seminggu, bahkan saat ini mengaku akan menambah konten menjadi tiga kali dalam satu minggu. Baginya, ketika seorang vlogger menjadwalkan konten yang diunggah secara konsisten akan berpengaruh terhadap penontonnya secara langsung. Untuk produksi, biasanya ia menghabiskan waktu selama dua hari dengan biaya hampir nol rupiah. Namun, ia mulai menyewa kru untuk produksi video terhitung awal tahun ini.

Beragam kemitraan dengan brand sudah dijalankan olehnya seperti La Lights, Blanja, DC Shoes, Vans, Mini Cooper, dan Air Asia. “Bujet brand untuk promosi itu besar. Tahun ini bujet banyak dikeluarin ke digital terutama YouTube. Bayangin kalau brand besar akan seperti apa dana yang digelontorkan? Saya juga berinisiatif untuk menawarkan kepada brandbrand tersebut,” ujar Aditya

Secara gamblang, ia mengaku bahwa saat ini sedang menggenjot product placement dari brand sebagai pemasukan utamanya. Product placement ini bisa digunakannya untuk menggenjot viewer dan jumlah subscriber di akun YouTubenya.

“Saat ini kebanyakan brand inginnya hard sale. Tapi saya coba berikan pengertian ke brand tersebut. Saya juga nggak mau memberikan sesuatu yang nggak organik. Saya juga mau kalau viewers saya melihat suatu konten itu pendapatnya jujur,” imbuhnya.

Menurutnya, masih banyak brand yang menganggap ketika kolaborasi dengan vlogger maka konten menjadi sepenuhnya milik brand. “Permasalahannya ketika DNA akun kita hilang akibat brand, maka penonton juga akan hilang,” jelasnya.

Ia juga beranggapan YouTube sebagai platform cukup fair dalam mengelola para content creator. Baginya dibanding platform yang lain, YouTube memiliki posisi tawar yang besar dibandingkan dengan platform yang serupa

“Saya cukup bersyukur dengan apa yang saya dapatkan dari YouTube. Adil nggak adil, ya, ini bisnis. Toh konten kreator bisa monetisasi dari luar sistem YouTube,” tutupnya.

Related

award
SPSAwArDS