5 Hal Penting yang Menentukan Exit Valuation Startup

marketeers article
Ilustrasi. (Sumber: 123rf)

Exit valuation adalah penilaian nilai akhir sebuah perusahaan saat kepemilikannya berpindah tangan, baik melalui penjualan, merger, maupun penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO).

Bagi para pendiri startup, angka ini bukan sekadar hasil finansial, tetapi cerminan dari perjalanan panjang membangun bisnis, mulai dari ide awal, eksekusi strategi, hingga pertumbuhan yang dicapai.

Melansir Equidam, proses menentukan exit valuation sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek. Bukan hanya angka, tetapi juga bagaimana valuasi dihitung, siapa yang terlibat dalam prosesnya, serta dampaknya bagi pendiri dan tim inti.

BACA JUGA: Telkomsel Ajak Startup Manfaatkan AI Lewat NextDev ke-10

Untuk memahami hal ini lebih dalam, berikut beberapa hal penting yang perlu diketahui oleh para pendiri startup:

1. Bergantung pada Model Bisnis yang Dibangun

Jenis model bisnis yang dipilih akan sangat menentukan nilai akhir startup. Misalnya, bisnis berbasis langganan cenderung mendapatkan valuasi lebih tinggi karena menawarkan pendapatan berulang dan stabil.

Sebaliknya, model berbasis transaksi bergantung pada volume penjualan yang fluktuatif. Karena itu, penting bagi pendiri untuk merancang strategi bisnis yang sesuai dengan potensi pasar dan memiliki skema pertumbuhan jangka panjang.

2. Didorong oleh Pertumbuhan Pendapatan

Investor sangat memperhatikan pola pertumbuhan pendapatan. Semakin konsisten kenaikannya, semakin besar kemungkinan valuasi akhir menjadi tinggi. Namun, bukan hanya soal besar angka, melainkan juga efisiensi.

Pertumbuhan yang cepat tetapi tidak stabil justru bisa menjadi sinyal risiko. Maka, membangun bisnis yang tumbuh secara sehat dan terukur adalah kunci untuk menarik valuasi yang optimal.

3. Dipengaruhi oleh Struktur Kepemilikan Saham

Exit valuation juga akan menentukan porsi nilai yang diterima oleh masing-masing pemegang saham. Jika kepemilikan pendiri terdilusi terlalu banyak akibat beberapa kali pendanaan, porsi yang diterima saat exit bisa sangat kecil.

Memahami struktur saham, termasuk ketentuan dalam term-sheet dan hak preferensi investor, menjadi penting sejak awal proses investasi.

4. Tidak Selalu Menguntungkan Pendiri

Angka besar saat exit belum tentu menguntungkan semua pihak. Bisa jadi, investor dengan hak khusus memperoleh sebagian besar hasilnya, sementara pendiri hanya mendapatkan sedikit.

Oleh karena itu, pendiri perlu mempersiapkan skenario exit sejak tahap pendanaan awal. Negosiasi perjanjian di awal akan berdampak langsung pada hasil akhir.

BACA JUGA: 5 Tips Membangun Startup agar Tidak Gagal di Tengah Jalan

5. Perlu Perencanaan Sejak Awal

Exit strategy seharusnya bukan dipikirkan saat bisnis sudah besar, tapi sejak awal dibangun. Apakah tujuan akhirnya ingin dijual, merger, atau melantai di bursa?

Kejelasan arah ini akan memengaruhi banyak keputusan, mulai dari struktur organisasi, strategi pertumbuhan, hingga pemilihan investor. Ketika exit dipersiapkan sejak awal, valuasi akhir bisa menjadi pencapaian bersama seluruh tim, bukan hanya untuk pemegang saham mayoritas.

Exit valuation bukanlah tujuan akhir, tetapi bagian dari perjalanan membangun bisnis. Pemahaman yang matang akan membantu pendiri membuat keputusan yang lebih bijak dan strategis demi masa depan perusahaan.

Editor: Dyandramitha Alessandrina

award
SPSAwArDS