Branding adalah proses strategis untuk membentuk persepsi konsumen terhadap bisnis atau produk. Tanpa perencanaan yang matang, upaya branding bisa gagal dan justru membingungkan pasar.
Konsistensi menjadi kunci dalam membangun identitas merek yang dapat dipercaya. Namun, masih banyak bisnis yang kesulitan membangun fondasi branding yang kokoh dan berkelanjutan.
BACA JUGA: Perkuat Brand Identity, Somethinc Kenalkan Serum #SkinBooster
Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. & Marketeers, menyampaikan bahwa branding sebaiknya diperlakukan sebagai aset strategis. Perspektif ini mendorong perusahaan untuk memandang merek sebagai investasi jangka panjang yang memberikan manfaat ekonomi nyata.
“Branding harus diperlakukan seperti membangun pabrik atau kantor. Ini investasi jangka panjang yang menciptakan nilai ekonomi. Cara berpikir perusahaan harus diubah dengan memandang merek sebagai investasi jangka panjang yang memberikan manfaat ekonomi nyata,” kata Iwan dalam program ANALISIS Special Edition Branding #1 | Building Strong Brands di YouTube MarketeersTV.
Masalah seperti pesan yang tidak jelas, logo yang berubah-ubah, hingga target audiens yang tak terdefinisi, sering muncul akibat branding yang tidak terencana. Hal ini bisa menyebabkan bisnis kehilangan arah dan daya saing.
Untuk mencegah hal tersebut, berikut lima langkah yang dapat membantu memperkuat strategi branding secara menyeluruh, melansir thebrandingjournal:
1. Kenali Nilai Inti Bisnis
Setiap brand yang kuat memiliki pijakan pada nilai-nilai yang diyakini. Nilai inti ini menjadi landasan dalam mengambil keputusan bisnis, menyusun pesan, hingga menentukan arah komunikasi.
Ketika nilai sudah jelas sejak awal, strategi merek akan berjalan lebih fokus. Konsumen pun lebih mudah memahami posisi brand dan apa yang membuatnya berbeda dari yang lain.
2. Tentukan Audiens Secara Spesifik
Brand tidak bisa bicara ke semua orang dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi siapa yang benar-benar menjadi target utama.
Memahami kebutuhan, gaya hidup, serta kebiasaan audiens akan membantu menentukan nada bicara yang relevan. Hal ini akan meningkatkan kemungkinan brand diterima secara emosional oleh target pasar.
3. Buat Visual dan Pesan yang Konsisten
Identitas visual seperti logo, warna, dan tipografi harus digunakan secara konsisten di seluruh kanal komunikasi. Begitu pula dengan pesan yang disampaikan, baik melalui kampanye digital, kemasan produk, maupun komunikasi internal.
Inkonstistensi dapat mengacaukan persepsi publik dan membuat brand tampak tidak terarah. Oleh sebab itu, penting untuk menyusun brand guideline sebagai acuan agar setiap elemen tetap selaras.
4. Dengarkan dan Evaluasi Secara Berkala
Branding yang efektif melibatkan dialog dua arah. Artinya, Anda tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga mendengarkan respon konsumen.
Evaluasi bisa dilakukan melalui survei, analisis media sosial, atau wawancara langsung. Data ini akan membantu mengukur efektivitas strategi dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
5. Bangun Koneksi Emosional
Brand yang memiliki hubungan emosional dengan konsumennya akan lebih mudah diingat dan dipercaya. Koneksi ini tidak bisa dibangun lewat pesan promosi semata, tetapi melalui cerita dan nilai yang autentik.
Sampaikan kisah di balik brand, tujuan didirikannya, atau dampak sosial yang ingin dicapai. Saat audiens merasa terhubung secara emosional, loyalitas akan tumbuh secara alami.
BACA JUGA: Dorong Wirausaha Lokal, IFBC 2025 Balikpapan Hadirkan 67 Brand dan Peluang Kemitraan
Branding yang kuat harus ditopang oleh strategi yang jelas, konsisten, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Jika Anda ingin memperkuat strategi branding dan belum tahu harus mulai dari mana, Marketeers akan mengadakan Kelas Marketeers bertema Branding Playbook pada 10 dan 11 Juli 2025 di Harris Hotel Kelapa Gading, Jakarta, pukul 09.00–17.00 WIB.
Acara ini akan mengupas tuntas solusi branding lewat strategi langsung bersama pakarnya. Selengkapnya, klik di sini.
Editor: Dyandramitha Alessandrina