5 Langkah Menghitung Break-Even Point untuk Keputusan Bisnis

marketeers article
Ilustrasi. (Sumber:123rf)

Break-even point adalah titik impas ketika total pendapatan sama dengan total biaya. Pada tahap ini, perusahaan belum memperoleh keuntungan tetapi juga tidak mengalami kerugian.

Dilansir dari zendesk, memahami break-even point penting untuk menentukan strategi harga, target penjualan, dan alokasi sumber daya. Ini menjadi dasar analisis keuangan yang membantu mengurangi risiko bisnis.

BACA JUGA: Kapan Waktu Terbaik untuk Resign dari Pekerjaan demi Fokus Bisnis?

Jika perusahaan belum mencapai titik impas, itu berarti biaya masih lebih besar dari pendapatan. Situasi ini bisa berdampak pada arus kas dan kesinambungan operasional.

Sebaliknya, setelah melewati break-even point, setiap unit terjual akan berkontribusi pada keuntungan bersih. Oleh karena itu, menghitungnya sejak awal usaha adalah langkah penting dalam perencanaan bisnis.

Berikut ini beberapa langkah dan strategi yang dapat dilakukan untuk mempercepat pencapaian titik impas:

1. Hitung Semua Biaya Tetap dan Variabel

Langkah pertama dalam menghitung break-even point adalah mengidentifikasi semua biaya tetap dan variabel. Biaya tetap mencakup sewa, gaji, dan biaya administrasi yang tidak berubah meski volume produksi naik.

Sementara itu, biaya variabel berubah seiring jumlah produk yang diproduksi atau dijual. Dengan mengetahui total biaya, perusahaan bisa menentukan jumlah unit yang harus dijual untuk menutup semua pengeluaran.

2. Tentukan Harga Jual Per Unit Secara Realistis

Menentukan harga jual yang sesuai sangat mempengaruhi kecepatan mencapai titik impas. Harga harus mampu menutupi biaya variabel dan berkontribusi pada biaya tetap.

Perusahaan perlu mempertimbangkan nilai pasar, daya beli konsumen, serta harga dari pesaing. Penyesuaian harga bisa membantu strategi penetrasi pasar tanpa mengorbankan margin.

3. Evaluasi Volume Penjualan Minimum

Break-even point juga bisa digunakan untuk menetapkan target volume penjualan minimum. Ini penting untuk memastikan kegiatan operasional tidak berjalan di bawah kapasitas optimal.

Dengan mengetahui target penjualan tersebut, tim pemasaran dan penjualan bisa menyusun rencana kerja yang terukur. Ini membantu mengarahkan usaha penjualan lebih efisien.

4. Kurangi Biaya yang Tidak Perlu

Penghematan biaya adalah salah satu cara paling langsung untuk menurunkan titik impas. Perusahaan bisa melakukan audit pengeluaran rutin untuk mengidentifikasi biaya yang bisa dikurangi atau dihilangkan.

Langkah efisiensi ini bisa berupa renegosiasi sewa, pengurangan pemborosan bahan baku, atau optimalisasi tenaga kerja. Dengan beban yang lebih ringan, perusahaan dapat mencapai titik impas lebih cepat.

5. Pantau Secara Berkala dan Lakukan Penyesuaian

Break-even point bukan angka yang statis karena dipengaruhi oleh perubahan biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, pemantauan berkala perlu dilakukan untuk menyesuaikan strategi bisnis.

BACA JUGA: Menilik Tantangan Model Kemitraan dalam Bisnis Ojol

Jika biaya bahan baku naik atau harga jual turun, maka hitungan titik impas harus diperbarui. Hal ini membantu pengambilan keputusan berdasarkan data terkini.

Break-even point bukan hanya angka keuangan, tapi juga alat bantu dalam mengendalikan arah bisnis. Dengan perhitungan yang akurat dan strategi yang tepat, perusahaan bisa menekan risiko dan meningkatkan kelayakan usaha.

Editor: Ranto Rajagukguk

award
SPSAwArDS