5 Strategi Pemasaran Pendidikan, Buat Pengguna Engage dan Loyal!

marketeers article
strategi pemasaran pendidikan | sumber: 123rf

Pada masa pandemi tahun 2020 silam, dunia pendidikan telah mengalami perubahan dan disrupsi yang cukup besar. Kebiasaan study from home cukup mengubah kebiasaan masyarakat dalam proses belajar mengajar. 

Startup edutech terus mengalami pertumbuhan dan terus menggenjotnya dengan berbagai strategi pemasaran pendidikan. Melansir dari ComboApp, terdapat 520.000 aplikasi pendidikan dan pembelajaran yang telah tersedia di App Store dan Google Play. 

Aplikasi tersebut menawarkan berbagai kursus online, video, eBook, website, dan layanan pembelajaran lainnya. Metode pembelajaran jarak jauh dengan e-learning juga memberikan pengalaman pembelajaran yang berbeda. 

Oleh karena itu, pemasaran pendidikan yang dilakukan juga perlu melakukan berbagai penyesuaian sesuai dengan konten yang ingin ditawarkan. Pemasaran pendidikan atau education marketing juga terus berevolusi untuk dapat terus meningkatkan jumlah pengguna, baik pelajar, guru, hingga orang tua untuk mendapatkan platform pembelajaran digital yang terbaik. 

Pemasaran pendidikan sendiri termasuk jenis marketing yang mempromosikan konten pendidikan dan membantu institusi serta individu untuk memperoleh manfaatnya. 

Berikut beberapa strategi yang bisa diterapkan oleh berbagai institusi pendidikan, baik formal maupun non formal, seperti startup edutech:

1. Social media marketing

Menurut We Are Social dan Hootsuite, setidaknya terdapat 4,76 miliar pengguna media sosial di seluruh dunia pada Januari 2023. Besarnya jumlah pengguna media sosial menjadi saluran yang cukup potensial untuk digunakan dalam pemasaran pendidikan.

Media sosial yang bisa digunakan mulai dari Facebook, Twitter, Instagram, dan TikTok. Target audiens yang dapat Anda sasar tentu kalangan milenial, generasi Z (Gen Z), guru, dan para orang tua yang menginginkan pendidikan berkualitas bagi anak-anaknya.

Tujuan utama dari penerapan social media marketing adalah untuk membangun hubungan yang bermakna dengan target audiens melalui konten-konten yang engaging. Konten yang disajikan tentu harus sesuai dengan user persona Anda, mulai dari usia, gender, tingkat pendidikan, nilai dan perilaku. 

Anda dapat membuat berbagai konten media sosial dan jangan takut untuk melakukan eksperimen hingga menemukan strategi yang paling sesuai dengan produk e-learning Anda.

BACA JUGA: Buat NGO Berkembang dengan 5 Tips Nonprofit Marketing!

2. Digital ads

Pengeluaran digital ads seluruh dunia diprediksi mencapai lebih dari 700 miliar dolar pada tahun 2023. Strategi pemasaran pendidikan juga perlu mempertimbangkan digital ads ini. 

Keuntungan yang bisa diperoleh dengan digital ads adalah dapat menyasar target audiens dengan efektif dan tepat sasaran. Sebagai contoh, platform belajar online ingin menyasar para lulusan SMA yang akan memasuki perguruan tinggi, maka iklan Anda hanya ditargetkan pada para pelajar yang usianya 15 sampai 17 tahun yang berada di bangku SMA. 

Dengan begitu, iklan Anda akan jauh lebih berpotensi dilihat oleh audiens Anda. 

3. Meminta feedback dan reviews

Melansir dari ComboApp, sebanyak 90% pelanggan akan membaca online review sebelum mempelajari produk lebih dalam atau membayarkan layanan. 

Anda dapat mendorong para pengguna Anda untuk memberikan online reviews dan feedback dari mereka dan membuatnya menjadi menyenangkan.

Misalnya, dibanding Anda meminta pelajar mengisi form feedback dengan isian panjang, lebih baik Anda untuk meminta review dengan memberikan bintang dari setiap poin yang ditanyakan.

Selain itu, ketika Anda telah menerima feedback, jawablah feedback tersebut secepat mungkin, jangan sampai Anda tidak menghiraukannya.

Hargailah setiap pendapat dari pengguna Anda, meskipun sifatnya negatif. Berikan balasan yang positif, meminta maaf, dan berjanjilah untuk memperbaiki kesalahan yang terjadi. 

Jika review yang Anda dapatkan sangat sedikit, Anda dapat memberikan insentif tertentu untuk mendorong orang untuk memberikan feedback, seperti dengan diskon, bonus poin hingga merchandise.

BACA JUGA: Nonprofit Marketing: Strategi Bangun Empati Donatur dan Sukarelawan

4. Bangun engagement dengan pengguna

Engagement yang tinggi berhubungan dengan user experience yang baik, baik di konten, media sosial dan aplikasi/platform yang digunakan. Sebagai contoh, konten video yang menarik akan menciptakan engagement dari para penonton. 

Konten video juga cukup cocok diterapkan dalam pemasaran pendidikan yang bisa diunggah di media sosial Instagram, TikTok, maupun YouTube. Ketika penonton merasakan kepuasan dari video yang dilihat, maka akan timbul ketertarikan dan pada akhirnya bersedia mencoba layanan yang ditawarkan. 

Begitu juga dengan aplikasi atau platform pembelajaran yang harus didesain semenarik mungkin agar pelanggan engage, puas, dan loyal dengan platform tersebut. 

Contoh aplikasi pendidikan dengan tingkat engagement yang bagus adalah Duolingo Owl, platform pembelajaran bahasa asing dengan maskot burung hantu. 

Duolingo selalu memberikan reminder dan notifikasi ketika pengguna lupa melakukan pembelajaran dalam satu hari. Konten yang dimunculkan juga personal dan layanan disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat kompetensi dari setiap penggunanya. 

Ketika berhasil menyelesaikan pembelajaran dengan progres yang baik, maka aplikasi akan memberikan poin yang memicu semangat dan motivasi belajar dari para pengguna. 

5. Influencer marketing

Influencer marketing juga menjadi salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mempromosikan platform pendidikan Anda. Influencer yang dipilih pun perlu disesuaikan dengan nilai dan background dari platform pendidikan Anda. 

Influencer marketing ini dapat membantu Anda untuk mendemokan penggunaan aplikasi, memberikan feedback dari aplikasi dan proses pembelajaran yang didapatkan. 

Demikianlah lima strategi pemasaran pendidikan yang bisa dilakukan oleh berbagai platform e-learning untuk menggaet para pengguna. Anda perlu menyesuaikan strategi di atas dengan karakteristik platform Anda dan tentunya anggaran pemasaran yang dimiliki. 

BACA JUGA: Bukan Lagi Influencer Marketing, Kini Eranya Creator Marketing

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS