66% Pekerja Berusia 44-59 Tahun Tak Siapkan Rencana Pensiun

marketeers article
Sumber gambar: Bank DBS Indonesia.

PT Bank DBS Indonesia menggelar diskusi lintas sektor bertajuk Impact Beyond Dialogue – Future-Proofing Indonesia: From Demographic Bonus to Ageing Readiness. Dalam kegiatan tersebut, Bank DBS memaparkan hasil penelitian terbaru bertajuk DBS Ageing Society yang menyebutkan sebanyak 66% pekerja berusia 44-59 tahun memiliki perencanaan pensiun terendah.

Adapun penelitian dilakukan pada April-Mei 2025 yang melibatkan 400 responden berusia 22-59 tahun dari Jakarta, Surabaya, dan Medan. Penelitian dilakukan secara online untuk memotret kesenjangan antara harapan masyarakat dan kesiapan institusi dalam era populasi menua.

BACA JUGA: Bank DBS dan UOB Kucurkan Pinjaman Rp 6,7 Triliun untuk Pembangunan Pusat Data

Lim Chu Chong, Presiden Direktur Bank DBS Indonesia menjelaskan, pekerja dengan kelompok usia 44-59 tahun menjadi kelompok yang paling rendah mempersiapkan masa pensiun dibandingkan kelompok pekerja lainnya. Hal ini menjadi sangat mengejutkan lantaran usia tersebut merupakan yang paling mendekati purna tugas.

Sementara itu, generasi yang lebih muda yaitu 22-43 tahun mengaku sudah punya perencanaan pensiun dengan persentase 77%. Kendati demikian, sebagai kompensasi, mereka memiliki strategi investasi yang lebih matang, dengan 52% mengandalkan properti, 43% kepemilikan bisnis, dan 35% pendapatan pasif.

BACA JUGA: Bank DBS Proyeksikan Penjualan E-commerce di ASEAN Capai US$ 410 Miliar

“Ini berbeda dengan generasi muda yang masih bergantung pada tabungan konvensional,” kata Lim melalui keterangan resmi, Kamis (12/6/2025).

Temuan lain dari penelitian ini adalah sebanyak 69% responden masih mengandalkan keluarga sebagai dukungan emosional di masa tua. Kemudian hanya 41% yang percaya pemerintah siap menghadapi tantangan ini, dengan skeptisisme tertinggi muncul dari kelompok usia 44-59 tahun sebesar 66% menilai pemerintah belum siap.

Sebaliknya, sebanyak 53% responden menilai sektor swasta lebih siap melalui berbagai program pensiun. Tiga prioritas utama yang diharapkan dari pemerintah adalah peningkatan akses layanan kesehatan 43%, peluang kerja dan pengembangan keterampilan bagi lansia 28%, serta dukungan sistem pensiun 28%.

“Hasil ini mempertegas urgensi kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam membangun ekosistem silver economy yang inklusif. Bank DBS Indonesia berkomitmen mendukung solusi holistik menghadapi tantangan penuaan populasi melalui pendekatan finansial dan sosial yang berdampak,” ujarnya.

Merespons tren ini, Lim menambahkan, sektor keuangan memiliki peran strategis dalam membangun silver economy. Dengan menyediakan layanan inklusif, mendorong edukasi finansial, dan menjalin kemitraan dengan sektor kesehatan serta wirausaha sosial, kami ingin menciptakan dampak lebih luas.

“Ke depan, kami akan mengeksplorasi kolaborasi lintas industri untuk merancang produk perbankan yang holistik bagi lansia, agar mereka tetap aktif secara ekonomi, finansial, dan sosial,” katanya.

award
SPSAwArDS