Ada Ancaman Krisis Pangan, Kementan Dorong Pengembangan Mi Sagu

marketeers article
Ada Ancaman Krisis Pangan, Kementan Dorong Pengembangan Mi Sagu. (FOTO: Dok Kementan)

Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pengembangan berbagai alternatif pangan sebagai solusi menghadapi ancaman krisis pangan dunia. Salah satu yang bisa dikembangkan petani dan pelaku perkebunan adalah mi sagu.

Andi Nur, Direktur Jenderal Perkebunan Kementan mengatakan potensi sagu Indonesia yang besar dapat menjadi solusi atau menjawab tantangan krisis pangan dunia dengan memberdayakan petani lokal serta memperbaiki kemasan produk agar dapat bersaing di pasar domestik dan internasional.

BACA JUGA: Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik, Ini Alasannya

“Perlunya penguatan pasar melalui e-commerce serta pengembangan produk turunannya dengan varian rasa olahannya. Diharapkan sagu ke depannya dapat dikembangkan secara luas, dengan dukungan anggaran yang lebih memadai dan melibatkan banyak pihak agar produk sagu Indonesia semakin dikenal dunia,” kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (28/10/2022).

Pengusaha Mi Sagu KUBE Rumbia Lestari dari Kabupaten Kepulauan Meranti Riau Henny mengatakan diperlukan dukungan dari pemerintah dalam menggalakkan produk olahan sagu sebagai alternatif tepung terigu sehingga sagu bisa dimaksimalkan untuk sumber pangan nasional. Dia menyebut salah satu olahan sagu menjadi pangan yang mudah dipasarkan adalah mi sagu.

BACA JUGA: Sepekan, Bank Indonesia Catat Aliran Modal Asing Masuk Rp 3,02 Triliun

“Penjualan mi sagu basah kami saat ini masih di dalam daerah, dijual dengan harga Rp 3.500 per bungkus dengan berat 350 gram,” ujarnya.

Henny menambahkan saat ini pihaknya menyediakan mi sehat berbahan baku sagu untuk mengikuti kesadaran masyarakat akan makanan sehat. Menurut dia, pengembangan dan pemasaran mi sagu saat ini belum banyak yang memproduksi sehingga menjadi peluang besar dan akan sangat menguntungkan.

“Harapan saya, mari bersama bersinergi, antara petani pengolah sagu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, agar harga bahan baku bisa stabil dan sesuai, serta harga jual sagu mi bisa berkompetisi dengan mi instan lainnya,” ucapnya.

Dia berharap peran aktif pemerintah untuk semakin gencar mempromosikan mi sagu kepada seluruh lapisan masyarakat agar pasarnya semakin terbuka luas dan memberikan dukungan dengan berbagai fasilitas kemudahan seperti perizinan usaha kepada para pengusaha mi sagu dari hulu sampai hilir. Pengusaha mi sagu lainnya dari Kelompok Tani Rimbo Bujang telah konsisten mengembangkan olahan sagu sejak 2016. 

Ketua Kelompok Tani Rimbo Bujang sekaligus pemilik Toko Sagu Kite Praptini mengatakan mi sagu lebih aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menggunakan bahan pengawet dan kandungan glikemiknya cukup rendah. Dia menjelaskan harga mi sagu siap saji miliknya untuk dalam negeri rata-rata dibanderol Rp 16.000 hingga Rp 18.000, sedangkan harga untuk ekspor di kisaran Rp 25.000. 

Sementara itu, untuk mi sagu setengah jadi yang diolah lagi dibanderol Rp 8.000 per 500 gram untuk memenuhi pasar dalam negeri dan tidak menggunakan bahan pengawet.

Related

award
SPSAwArDS