Adakah Bias Gender dalam Dunia Kerja di Indonesia?

marketeers article
43008748 discussing work together. two happy young women discussing something while sitting at their working place together

Belakangan ini muncul gerakan Me Too dan Time’s Up serta beberapa gerakan lainnya. Gerakan ini muncul pertama kali ketika isu kesetaraan dan pelecehan kepada kaum wanita dalam industri hiburan di Amerika Serikat. Ketika disuarakan oleh para figur publik di Hollywood, sontak gerakan ini semakin meluas ke berbagai belahan dunia.

Di Indonesia, gerakan ini cukup santer dibicarakan, terutama masalah kesetaraan gender antara pria dan wanita. Beberapa kali kasus pelecehan seksual dan kuranganya kesetaraan gender terjadi pada lingkungan perkerjaan. Aksi ini turut membuat beberapa figur buka suara terkait dengan permasalahan ini.

Andien Aisyah, salah satu penyanyi dan influencer, turut berkomentar terkait dengan kondisi yang terjadi saat ini. Andien yang banyak bergerak di industri hiburan, khususnya musik, membahas bahwa saat ini situasinya jauh lebih baik dari pada kondisi yang terjadi dua puluh tahun lalu.

“Selama dua puluh tahun saya di industri musik, aura dan situasinya saat ini sudah jauh berbeda. Dulu masih ada itu gender bias dan bullying, bahkan saya juga turut merasakannya,” ujar Andien.

Baginya saat ini merupakan salah satu hari paling cerah dalam industri musik di Indonesia. Ia menilai bahwa saat ini banyak musisi yang melakukan sinergi dan kolaborasi tanpa memandang gender tertentu. Sehingga kondisinya membuat iklim dan peluang yang sama buat mengambangkan potensinya di industri musik.

“Sekarang ini ketika industri maju, semuanya ikut maju. Semua berkolaborasi bersama dan rangkulan bersama,” singkat Andien.

BIla Andien bicara kondisi yang terjadi dalam industri musik, Alamanda Shantika selaku founder dari Binar Academy membahas peran wanita dalam industri teknologi di Indonesia. Alamanda yang sudah banyak pengalaman dalam industri teknologi, khususnya programmer, menilai saat ini tidak terjadi gender bias di industri yang ia dalami. Ia pun meski seorang wanita, tidak pernah mengalami perlakuan yang timpang baik antara pria dan wanita.

Namun, ia menggarisbawahi dalam kasus gender bias harus bisa dalam kacamata yang luas. Ia bercerita bahwa terkadang sosok pemimpin masih harus bisa memberikan peluang kepada para wanita. Ia memiliki pengalaman suatu waktu menunjuk sosok wanita sebagai team lead, namun wanita tersebut justru bertanya kepada Alamanda, apakah dia bisa untuk memegang amanah tersebut. “Dari situ saya secara tidak sadar ketika mau memberikan tugas kepada wanita bertanya-tanya juga apakah dia percaya diri atau tidak,” jelas Alamanda.

Baginya proses pemberdayaan wanita tidak hanya bisa dari bawah ke atas, namun juga melihat dalam kondisi atas ke bawah. “Mungkin kita di atas sebagai leader kurang memberikan kesempatan itu kepada kalangan wanita,” pungkas Alamanda.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS