Strategi pemasaran affiliate marketing saat ini menjadi primadona baru di kalangan brand untuk mendorong penjualan. Langkah ini juga dilakukan oleh JINISO, merek fesyen lokal yang berdiri sejak tahun 2019.
Meski usianya terbilang masih muda, JINISO sudah cukup matang dalam merumuskan strategi pemasarannya. Di bawah arahan Dian Fiona sebagai Co-founder, brand ini mampu mengoptimalkan program afiliasi untuk memperluas jangkauan pasar, membangun komunitas yang kuat, dan mendorong peningkatan penjualan secara signifikan.
Menurut Dian, affiliate marketing merupakan jawaban bagi brand yang ingin ekspansi secara cerdas dan terukur.
“Karena sistemnya berbasis komisi dan kinerja, brand hanya perlu membayar ketika ada hasil yang nyata, seperti penjualan atau leads,” ujar Dian kepada Marketeers, dikutip Kamis (15/5/2025).
Dengan begitu, risiko pemasaran bisa ditekan, dan brand bisa lebih fokus pada peningkatan kualitas produk serta strategi konten. JINISO melihat peluang besar dalam skema ini, terutama karena pasar yang mereka sasar adalah milenial dan Gen Z.
Kedua kelompok konsumen itu sangat responsif terhadap konten digital dan lebih percaya pada rekomendasi dari figur yang mereka anggap autentik, seperti teman, komunitas, atau kreator favorit.
BACA JUGA Affiliate Marketing ala AZKO, Maksimalkan Konten dan Komunitas
Platform digital yang dioptimalkan
Dalam praktiknya, JINISO memanfaatkan beberapa platform digital, seperti TikTok, Instagram, dan e-commerce seperti Shopee. Setiap platform memiliki karakteristik yang berbeda, dan JINISO cukup cermat dalam menyesuaikan pendekatannya.
Pada aplikasi TikTok dan Instagram misalnya, konten seperti video haul, styling tips, dan honest review terbukti sangat efektif. Format yang ringan dan mudah dikonsumsi membuat pesan lebih mudah diterima dan dibagikan.
Lalu di e-commerce maupun marketplace seperti Shopee, strategi afiliasi diterapkan secara lebih terstruktur dengan sistem link atau kode referral. Fokus utamanya adalah konversi langsung.
“Tren affiliate di media sosial lebih ke arah storytelling yang otentik, sedangkan di e-commerce, orang memang datang untuk belanja, jadi pesan yang disampaikan harus lebih to the point dan persuasive,” ujar Dian.
Skema komisi fleksibel
JINISO menawarkan skema komisi yang cukup kompetitif, yaitu di kisaran 10% hingga 16%. Brand ini juga sangat terbuka terhadap negosiasi dengan affiliator yang memiliki audiens besar atau tingkat engagement tinggi.
Dalam beberapa kasus, sistem hybrid digunakan yakni fixed fee + komisi. Pendekatan ini cukup efektif bagi kreator dengan pengaruh personal yang tinggi, karena konten yang mereka hasilkan tidak hanya mendorong penjualan, tetapi juga mampu membentuk persepsi brand.
“Rate card biasanya kami terapkan kalau memang influence dari si kreator itu besar, misalnya followers banyak atau engagement tinggi. Jadi bukan hanya soal jumlah penjualan, tapi juga soal branding,” tambahnya.
Dengan strategi ini, JINISO dapat menjaga margin keuntungan tetap sehat sekaligus mendorong volume penjualan secara berkelanjutan.
BACA JUGA Strategi JINISO Menjawab Tren Industri Fashion pada Tahun 2025
Keautentikan menjadi kunci
JINISO sangat menekankan pentingnya keautentikan dalam setiap konten yang dibuat oleh para affiliator. Oleh karena itu, mereka diberikan kebebasan penuh dalam menyampaikan pesan sesuai gaya masing-masing, tanpa skrip yang mengikat.
“Kami tidak ingin konten mereka jadi terasa seperti iklan. Biarkan mereka berbicara jujur dan alami, karena itu penting untuk membangun kepercayaan,” jelas Dian.
Meski demikian, JINISO tetap memantau performa dan umpan balik dari konten yang dipublikasikan, guna memastikan bahwa pesan yang disampaikan tetap akurat dan mencerminkan kualitas produk yang sebenarnya.
Hasil yang terukur
Meskipun belum ada studi kasus resmi yang dipublikasikan, dampak dari affiliate progam JINISO sudah bisa dilihat dari metrik internal. Salah satunya adalah kompetisi affiliate yang pernah diadakan JINISO dan berhasil menarik banyak peserta dan menghasilkan konten viral dengan ribuan hingga jutaan views.
“Program ini sukses meningkatkan brand awareness sekaligus mendongkrak penjualan hingga 86% dalam periode tertentu,” terang Dian.
Hal ini membuktikan bahwa pendekatan komunitas bukan cuma soal engagement, tapi bisa berdampak langsung ke angka penjualan. Tak hanya itu, program ini juga menghasilkan konten berkualitas yang bisa dipakai ulang oleh tim marketing JINISO.
User generated content (UGC) semacam ini terbukti sangat ampuh sebagai konten testimonial yang lebih dipercaya konsumen.
Keberlanjutan affiliate program
Melihat hasil yang menjanjikan, JINISO berencana terus mengembangkan program afiliasi ini dalam jangka panjang. Brand ini juga mulai melirik potensi untuk mengembangkan dashboard khusus bagi affiliator guna memudahkan mereka memantau performa dan potensi komisi.
Dian percaya, affiliate marketing akan terus berkembang dan menjadi bagian penting dari strategi pemasaran modern. Dengan memperkuat kolaborasi, komunikasi, dan transparansi, JINISO yakin program ini akan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan antara brand dan komunitasnya.
“Kami ingin para affiliator merasa punya andil dalam pertumbuhan JINISO. Karena pada akhirnya, brand yang sukses adalah merek yang tumbuh bersama komunitasnya,” tutup Dian.
Editor: Tri Kurnia Yunianto