Akankah WFH Jadi Bagian The New Normal Usai Pandemi?

marketeers article
Happy casual beautiful woman working on a laptop at the night at home.

Pandemi COVID-19 mau tak mau mengubah lanskap kehidupan manusia, tak terkecuali cara kerja. Guna menekan penyebaran pandemi ini, kebijakan bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH) menjadi opsi yang dianjurkan. Para pekerja pun harus mengadopsi cara kerja ini. Namun, akankah WFH menjadi The New Normal kelak?

Studi yang dilakukan Lenovo menunjukkan, pengalaman karyawan telah berubah, bahkan sebelum pandemi terjadi.

“Dalam 15 tahun terakhir, jumlah mereka yang bekerja secara rutin dari rumah telah tumbuh 159% di Amerika. Hal yang sama juga terjadi di berbagai negara di Asia, termasuk di Indonesia,” ungkap Ronald Wong, General Manager Lenovo Hong Kong dan Makau dalam keterangan resmi kepada Marketeers, Kamis (30/04/2020).

Di Indonesia, hasil survei Jakpat pada 18-21 Maret 2020 menunjukkan, 33% karyawan di Jabodetabek sudah memulai bekerja dari rumah, bahkan sebelum ada kebijakan resmi dari pemerintah.

“Meskipun situasi saat ini berbeda, kami melihat keinginan para pekerja untuk beradaptasi dan mengadopsi pengaturan kerja yang fleksibel. Ini menegaskan jika investasi teknologi perusahaan merupakan langkah yang tepat karena mayoritas orang saat ini merasa produktif di rumah dan percaya jika tenaga kerja akan bergerak lebih ke arah ini setelah krisis berlalu,” terang Wong.

Dalam studi bertajuk “Workplace Transformation” yang dilakukan Lenovo di Tiongkok, Jepang, Jerman, Italia, dan Amerika pada 6-12 Maret 2020 ditemukan, sebagian besar karyawan (87%) merasa siap untuk beralih ke WFH bila diperlukan.

Sebagian besar sudah didorong (46%) atau diminta (26%) untuk WFH sebagai bagian dari langkah-langkah mitigasi Covid-19. Selain itu, 77% berharap perusahaan akan mendorong atau setidaknya lebih terbuka untuk memperbolehkan karyawan bekerja secara remote di masa mendatang.

Lenovo memproyeksi, pada 2025 kelak 75% pekerja yang mayoritas merupakan generasi Milenial akan mempertimbangkan ketersediaan teknologi cerdas pada perusahaan dalam memilih pekerjaan.

Di sisi lain, studi global Harvard Business School 2018 terhadap 6.500 pemimpin bisnis menemukan, lebih dari 60% memperkirakan ekspektasi karyawan untuk bekerja fleksibel akan secara signifikan memengaruhi masa depan cara bekerja.

Randstad, perusahaan konsultan sumber daya manusia baru-baru ini mengungkapkan, sebagian besar pengusaha masih merekrut karyawan, meskipun sudah mengantisipasi dampak dari pandemi COVID–19. Pada akhir Februari 2020, 44% responden mengatakan, mereka telah menawarkan sistem kerja remote sebagai salah satu keuntungan bagi semua atau sebagian karyawan dan divisi tertentu.

“Pada saat semua perusahaan harus melalui masa penuh ketidakpastian dan harus terus menjalankan bisnis mereka, teknologi membuat mereka terus bergerak maju. Perusahaan perlu menyesuaikan dan memastikan karyawan mereka memiliki perlengkapan video, teknologi dan pelatihan yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan saat ini dan di masa mendatang di mana pekerjaan secara fleksibel akan menjadi normal,” jelas Wong.

Lantas, akankah WFH menjadi cara kerja yang lebih banyak digunakan di masa mendatang?

Related

award
SPSAwArDS