Alasan di Balik PHK Massal Meta, Berbenah atau Menghemat?

marketeers article
Meta Office Singapore. (FOTO: Marketeers/Dyandra)

Meta akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 5% karyawannya dalam beberapa hari mendatang. Artinya, dari lebih dari 72.000 karyawan di seluruh dunia, sekitar 4.000 orang diperkirakan akan terdampak dari kebijakan ini.

Lantas, apa alasan di balik keputusan ini? Apakah Meta tengah mengalami tekanan finansial, atau ini merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan?

Mengutip Business Insider, berbeda dari gelombang PHK sebelumnya yang bertujuan menekan biaya operasional pascapandemi, kali ini Meta menargetkan karyawan dengan performa terendah.

CEO Meta, Mark Zuckerberg, menegaskan bahwa Meta ingin mempertahankan individu dengan kinerja terbaik demi memperkuat tim.

Ia sendiri telah menggagas inisiatif “Tahun Efisiensi” sejak 2023, yang akan berlanjut hingga 2025. Strategi ini terbukti menguntungkan, dengan nilai perusahaan yang melonjak lebih dari $1 triliun sejak awal 2023.

BACA JUGA: Pulihkan Keuangan, Starbucks Bakal PHK Massal pada Maret 2025

Meski memangkas ribuan karyawannya yang berperforma rendah, Meta tetap aktif merekrut tenaga ahli di bidang artificial intelligence (AI) dan machine learning.

Perusahaan berlomba mengembangkan AI generatif dengan investasi miliaran dolar dalam infrastruktur dan teknologi pendukung. Langkah ini mendorong Zuckerberg untuk mencari efisiensi di area lain, seperti kebijakan PHK kali ini.

Bagaimana Meta Menjalankan PHK?

Masih melansir Business Insider, PHK kali ini menargetkan karyawan yang masuk kategori “Met Some” atau “Did Not Meet” dalam sistem penilaian kinerja Meta.

Berdasarkan pedoman internal, manajer diminta mengidentifikasi 12%-15% karyawan dalam kategori ini, dengan target pengurangan sekitar 10% dari tenaga kerja yang dianggap “tidak disesalkan.”

Pada Jumat lalu, Wakil Presiden HR Meta, Janelle Gale, mengirimkan memo kepada karyawan terkait proses PHK. Mereka yang terdampak akan menerima pemberitahuan melalui email kerja dan pribadi, kehilangan akses ke sistem perusahaan dalam satu jam setelah pemberitahuan, serta mendapatkan informasi pesangon melalui email yang sama.

PHK dilakukan bertahap berdasarkan zona waktu, dimulai dari Asia Pasifik, lalu ke Eropa, Timur Tengah, Afrika, hingga Amerika.

Namun, regulasi ketenagakerjaan di beberapa negara Eropa seperti Jerman, Prancis, Italia, dan Belanda membuat karyawan di wilayah tersebut dikecualikan dari skema PHK langsung. Sebagai gantinya, mereka akan menjalani proses manajemen kinerja lokal.

BACA JUGA: Nvidia Dinobatkan Sebagai Perusahaan Paling Inovatif di Dunia

Gelombang PHK ini menimbulkan kecemasan di kalangan karyawan. Beberapa mengungkapkan bahwa lingkungan kerja menjadi lebih penuh tekanan.

“Mark menciptakan atmosfer ketakutan. Anda harus setia padanya, atau Anda tersingkir,” ujar seorang karyawan kepada Business Insider.

Bahkan mereka yang memiliki kinerja baik pun merasa terkena dampaknya.

“Banyak rekan kerja tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan. Semua orang bertindak seperti robot,” ungkap karyawan lain.

Selain itu, PHK berbasis kinerja juga menimbulkan kekhawatiran terkait reputasi, karena dapat menyulitkan mereka dalam mencari pekerjaan baru.

Selain PHK, Meta juga melakukan restrukturisasi. Reality Labs, divisi yang telah merugi hampir $60 miliar sejak 2020, kini lebih terintegrasi dengan bisnis utama Meta.

BACA JUGA: Usai Umumkan Setop E-commerce, Bukalapak Bakal Lakukan PHK

Struktur tim Messenger, Facebook, dan AI generatif juga mengalami perubahan agar lebih selaras dengan strategi perusahaan.

Dari berbagai informasi yang diungkap Business Insider, keputusan PHK Meta lebih didorong oleh strategi bisnis dibandingkan kesulitan finansial. Perusahaan terus mengarahkan fokusnya ke sektor yang lebih strategis, terutama AI.

Namun, di sisi lain, langkah ini menambah tekanan bagi karyawan, menciptakan ketidakpastian dalam karier mereka.

Bagi Meta, efisiensi ini mungkin diperlukan untuk mempertahankan daya saing, tetapi bagi para pekerja, ini bisa menjadi awal dari tantangan baru.

 

Editor: Eric Iskandarsjah Z

award
SPSAwArDS