Apa Alasan AADC 2 Telah Tayang Di Layanan HOOQ?

marketeers article

Hanya berselang tiga bulan dari peluncuran perdananya di bioskop, film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) memutuskan untuk tayang di layanan video-on-demand HOOQ. Hal ini menyiratkan pertanyaan, apa yang membuat AADC 2 tertarik masuk ke layanan startup yang ‘disuntik’ Singtel dan Sony itu?

Jawabannya adalah karena legalitas. Sebelumnya, pada awal Juli lalu, film AADC 2 versi ilegal sudah tersebar di internet dengan subtitle bahasa melayu. Nah, dengan adanya layanan HOOQ, masyarakat Indonesia dapat menonton duet Nicholas Saputra-Dian Sastro secara legal dengan kualitas yang baik.

“Saya senang bisa berkolaborasi dengan HOOQ yang kembali menghadirkan akses legal untuk AADC dan AADC 2 sehingga dapat tonton oleh semua orang di Indonesia, dimanapun, dan kapanpun mereka inginkan,” ujar Mira Lesmana, Produser AADC 2.

Bagi Mira, HOOQ dapat menjadi media bagi sineas untuk mempromosikan karyanya sehingga dapat memperpanjang hidup film-film sineas itu.

Mira menambahkan, tidak semua orang di Indonesia memiliki akses pergi ke bioskop. Mengingat persebaran bioskop di Tanah Air belum merata, serta jumlahnya yang masih sangat minim jika dibandingkan dengan total populasi.

“Karenanya, dengan HOOQ, sineas diuntungkan karena dapat memberikan pemasukan, ketimbang versi ilegal yang mematikan industri,” tegas Mirna.

AADC 2 merupakan kelanjutan dari sekuel AADC yang dirilis pada 14 tahun silam. Film ini sempat bertengger di tangga teratas film nasional dengan meraih 3,6 juta penonton bioskop (data per 31/5/2016).

Kehadiran film garapan sutradara Riri Riza itu di layanan video-on-demand seakan memberikan lampu hijau bagi sineas Indonesia untuk memasuki pasar digital.

Dengan kualitas internet yang makin baik, serta jumlah pengguna smartphone kian bertambah, bisa jadi masa depan menonton film di Indonesia ada di layanan streaming semacam HOOQ.

Akan tetapi, aktris Dian Sastro berkata lain. “Menonton di bioskop tetap hal utama dan penting jika ingin mendukung sineas Indonesia,” katanya mengingatkan.

Guntur Siboro, Country Head HOOQ Indonesia mengatakan, HOOQ adalah cara terbaru menonton sebuah hiburan. Dengan biaya berlangganan yang tidak sampai Rp 50 ribu per bulan, HOOQ menawarkan banyak ragam pilihan film Barat, Mandarin, India, dan Indonesia dari produksi lawas hingga terbaru.

Untuk konten lokal, HOOQ mengaku telah mimiliki 3.500 film Indonesia yang jumlahnya akan terus ditambah. Saat ini, HOOQ telah mengantongi 5.000 member dalam tiga bulan. Menurutnya, ini pencapaian yang baik di kala pemahaman masyarakat mengenai video-on-demand belum terlalu familier.

“Kami akan terus menghadirkan konten eksklusif dan memberikan dukungan kepada sineas Indonesia dan industri film Tanah Air,” tambah Guntur.

Salah satu tantangan industri video-on-demand, menurut Guntur, adalah kurangnya sumber daya yang mampu menerjemahkan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.

Bisa jadi, peluang usaha penerjemahan bakal meningkat seiring penetrasi video-on-demand di Indonesia yang kian tinggi.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS