Apa Pertimbangan Konsumen Belanja Online dan Offline?

marketeers article
Ilustrasi belanja online. Sumber gambar: 123rf.

Populix, perusahaan riset berbasis online mengeluarkan hasil penelitian terbaru bertajuk Preferensi Konsumen dalam Belanja Online dan Offline. Riset ini mengulas tren belanja offline dan online, serta situasi pasca pandemi COVID-19 yang turut memengaruhi perilaku belanja konsumen.

Indah Tanip, Head of Research Populix menjelaskan dari hasil penelitian menunjukkan sebanyak 67% memilih belanja online lantaran mempertimbangkan praktikalitas sebagai alasan utama. Adapun 77% responden yang memilih belanja offline lantaran bisa memegang produk secara langsung.

BACA JUGA: Shopee Jadi E-commerce Pilihan Milenial Belanja Online

Secara terperinci, alasan lain responden memilih belanja online karena bisa membandingkan harga dengan persentase 66%. Diikuti oleh ketersediaan berbagai metode pembayaran 60% dan kemudahan proses pengembalian barang 25%.

Selanjutnya, alasan lain berbelanja offline yakni tidak ada biaya pengiriman dengan persentase 66%. Kemudian diikuti oleh jarak toko yang dekat 62% sebagai alasan utama.

BACA JUGA: Pascapandemi, Gerai Offline Diprediksi Masih Jadi Pilihan Belanja Masyarakat

Penelitian dilakukan pada tanggal 9-14 November 2023 dengan metode survei hybrid secara offline dan online terhadap total 515 responden pembeli dan 265 penjual, laki-laki serta perempuan. Responden pembeli berusia 18-55 tahun di Indonesia dan responden penjual berusia natural fallout di Indonesia. Adapun durasi pengerjaan survei sekitar 20 menit.

“Meskipun pandemi memicu lonjakan belanja online secara signifikan, temuan kami menunjukkan bahwa belanja offline tetap menjadi pilihan yang melengkapi pengalaman belanja konsumen dan bahkan terus bertumbuh setelah pandemi. Riset kami memperlihatkan dinamika yang kompleks antara ritel online dan offline, mengungkapkan bahwa keduanya tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang secara harmonis untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin beragam,” kata Indah melalui keterangannya, Jumat (5/4/2024).

Riset ini membandingkan preferensi belanja konsumen dalam tiga periode, yaitu sebelum, saat, dan setelah terjadinya pandemi. Karena faktor kesehatan dan pembatasan aktivitas sosial, sebanyak 54% dari total responden yang aktif berbelanja online dan offline lebih memilih melakukan aktivitas belanja online selama pandemi berlangsung.

Setelah pandemi berakhir, 49% di antaranya juga masih lebih sering melakukan aktivitas belanja online. Berbeda dari persentase aktivitas belanja online yang mengalami sedikit penurunan, konsumen yang lebih memilih aktivitas belanja offline setelah masa pandemi berakhir mengalami kenaikan hingga lebih dari dua kali lipat.

Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tren belanja online cukup populer, konsumen Indonesia juga masih tetap gemar berbelanja offline. Indah menyebut dari kacamata konsumen, kehadiran toko offline dan online tentunya bisa mengakomodasi preferensi belanja yang beragam.

Secara umum, konsumen Indonesia biasanya telah memiliki preferensi masing-masing saat melakukan pembelian kategori produk tertentu. Riset ini menemukan bahwa produk fesyen dan kecantikan masing-masing sebanyak 46% dibeli secara online

Sementara itu, kebutuhan sehari-hari seperti bahan makanan dengan persentase 34% lebih dominan dibeli secara offline.

“Pada akhirnya, transaksi belanja offline maupun online memiliki peranan yang sangat penting dalam mendorong kemajuan perekonomian di Indonesia. Untuk terus memberikan kontribusi yang positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sinergi antara ritel offline dan online menjadi hal yang sangat esensial dalam mengakomodasi kebutuhan konsumen Indonesia yang beragam,” kata Indah.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS