Aqua Jawab Tudingan Kelangkaan Air

marketeers article

Menjadi pemimpin pasar AMDK yang setiap tahunnya memproduksi sekitar 11 juta kiloliter air, Danone Aqua kerap dituding sebagai penyebab kekeringan di suatu lokasi, yang kebetulan dekat dengan pabrik tempatnya berada.

Menanggapi hal itu, Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director PT Tirta Investama (Danone Aqua), mengatakan bahwa penentuan lokasi pabrik selalu berlandaskan pada regulasi serta melewati beberapa proses studi geologi yang komprehensif. Ini semata dilakukan agar saat pabrik itu beroperasi, tidak memberikan dampak negatif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.

“Air yang kami kelola, kami pastikan, tidak akan mempengaruhi air yang dikonsumsi masyarakat,” tegasnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan kajian hidrologi dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Padjajaran, Aqua mengambil air tanah dalam dengan kedalaman antara 60-140 meter. Air tersebut berbeda dengan air permukaan yang selama ini dimanfaatkan oleh masyarakat.

“Sering kali, kekeringan dikaitkan dengan Aqua. Kami harus berdialog untuk tahu apa penyebab kekeringan itu,” kenangnya.

Karyanto menceritakan, pernah suatu ketika, daerah di salah satu pabrik Aqua mengalami kekeringan. Aqua pun mengajak masyarakat dan LSM untuk melakukan dialog dan studi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata, saluran irigasi yang digunakan masyarakat untuk mengairi sawah pertanian tidak cukup efisien.

“Banyak saluran yang bocor, bahkan ada aliran siluman atau irigasi yang tersembunyi,” akunya.

Berkaca dari temuan itu, Aqua langsung menginisiasi adanya metode irigasi yang efektif dan efisien, agar ketika kemarau tiba, kekeringan bisa dihindari. “Ini yang sering kali terjadi sebagai kesalahpahaman di masyarakat,” ucapnya.

Lantas, apa yang menjadikan semua insiatif tersebut berjalan berkesinambungan? Karyono melanjutkan, agar sebuah program berkelanjutan, pelibatan masyarakat menjadi poin penting. “Memberikan edukasi ke masyarakat jauh lebih sustain ketimbang sekadar memberikan fasilitas,” tegasnya.

Misalnya, ketika Aqua melakukan inisiatif akses air bersih ke masyarakat, pihaknya tidak semata memberikan sarana MCK, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam mengenai perilaku hidup sehat dan bersih. Setelah sarana dibangun, Aqua bersama masyarakat turut menciptakan kelembagaannya.

“Setelah askes air bersih itu diberikan, lalu dipikirkan pula keberlanjutannya. Masyarakat harus dilibatkan aktif. Mereka ada yang membuat paguyuban dan komunitas pengelola air bersih. Mereka juga membuat koperasi dan melakukan monitoring,” terangnya.

Melihat berbagai inisiatif Aqua itu, perusahaan itu bertumpu pada CSR yang berlandaskan inisiatif berkesinambungan. KPI-nya dihitung berdasarkan seberapa banyak dampak positif yang diterima masyarakat dan lingkungan.

Karyanto pun percaya, inisiatif berkesinambungan akan menjadi pilihan banyak perusahaan ke depannya, mengingat citra CSR saat ini banyak yang sekadar marketing gimmict. “Program yang sustain juga harus selaras dengan objektif perusahaan. Air adalah bahan baku utama bisnis kami, kami akan fokus ke arah itu,” kata pria yang bekerja di Danone sejak tahun 2010 itu.

Dirinya pun mengaku, tidak ada angka spesifik berapa persen dana dari laba perusahaan yang dikucurkan untuk memastikan inisiatif berkesinambungan itu berjalan. Sebab, setiap aktivitas perusahaan sudah termasuk dengan inisiatif itu.

“Yang terpentng, tim CSR kami harus kreatif untuk lebih membawa dampak. Bagaimana mereka dapat memberikan dampak yang lebih signifikan lagi terhadap komunitas dan ekosistem,” tutupnya.

Related

award
SPSAwArDS