Ayah Sibuk Bekerja Tetap Bisa Terlibat dalam Hidup Anak dengan Cara Ini

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Fenomena fatherless atau ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak semakin menjadi perhatian di Indonesia. Data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan bahwa sekitar 80% anak Indonesia kehilangan figur ayah dalam keluarga, bahkan 20% di antaranya tumbuh tanpa keterlibatan aktif sang ayah.

Padahal, kehadiran ayah sangat penting bagi tumbuh kembang anak secara fisik maupun psikologis. Anak yang tidak merasakan kehangatan serta perhatian cukup dari orang tua, cenderung mencari pelarian di dunia digital, yang berpotensi memberi pengaruh negatif.

Menurut Rahmat Hidayat, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), ayah tetap bisa hadir dalam kehidupan anak, meskipun terhalang jarak atau pekerjaan. Teknologi saat ini memungkinkan ayah untuk tetap terlibat melalui komunikasi virtual yang rutin dan bermakna.

BACA JUGA: Pentingnya Anak Bermedia Sosial Sesuai Usia Menurut Ahli

“Di era sekarang, kehadiran ayah tak harus selalu secara fisik. Dengan bantuan gawai dan jaringan internet, ayah bisa tetap membangun komunikasi dan keterlibatan emosional dengan anak,” jelasnya, dikutip dari ugm.ac.id, Kamis (15/5/2025).

Rahmat menekankan bahwa keterlibatan ayah bukan hanya soal memenuhi kebutuhan materi, tetapi juga soal interaksi dan perhatian. Kehadiran dalam momen-momen penting anak, seperti saat mereka menghadapi ujian atau merayakan kelulusan, bisa meninggalkan kesan mendalam dan memperkuat ikatan batin.

“Kebersamaan di momen kecil seperti ini sangat berharga. Anak mungkin hanya mengalami sekali kelulusan sekolah, atau sekali merasakan cemas menghadapi ulangan. Ketika ayah ada di situ, walau lewat video call, anak merasa didukung dan dicintai,” tambahnya.

BACA JUGA: Didikan Militer pada Anak ‘Nakal’ Berisiko Ganggu Kesehatan Mental

Lebih jauh, Rahmat menyebut bahwa tantangan fatherless tak hanya disebabkan oleh pekerjaan ayah di luar kota atau negeri. Beban ekonomi, jam kerja yang panjang, serta kemacetan di kota besar juga sering membuat ayah tidak punya cukup waktu berkualitas dengan anak.

Untuk itu, ia mengajak para ayah, termasuk para ibu, untuk sama-sama mengubah cara pandang. Kehadiran ayah dalam kehidupan anak bukan hanya soal waktu luang, tetapi soal prioritas. Menyempatkan waktu, sekecil apa pun, untuk mendengarkan cerita anak atau sekadar menyapa lewat pesan suara, bisa jadi langkah awal untuk mencegah fatherless di keluarga.

Editor: Bernadinus Adi Pramudita

award
SPSAwArDS