Bagaimana Industri Jamu Bisa Manfaatkan Momentum

marketeers article

Pandemi Covid-19 membawa peluang besar bagi pelaku industri produk herbal dan jamu.  Di pasar global saat ini diperkirakan omzetnya sudah mencapai sekitar US$ 138,350 miliar. Sekitar 55% di antara produk tersebut berupa obat-obatan herbal, sedangkan sisanya berupa produk herbal functional foods, herbal dietary supplements dan herbal beauty products. Dalam lima tahun ke depan diperkirakan pertumbuhan akan mencapai 6,7% per tahun, omzet pasar produk tersebut pada tahun 2026 tersebut diproyeksikan mencapai sekitar US$ 218,940 miliar.

Di dalam negeri, data Kementerian Perindustrian memprediksi potensi nilai penjualan jamu di pasar domestik baru sekitar Rp 20 triliun dan ekspor sebesar Rp 16 triliun. Dengan capaian sebesar itu maka kontribusi produk jamu dan herbal lainnya dari Indonesia di pasar global tergolong kecil.

Hal ini juga diutarakan oleh Edward Basilianus selaku Wakil Ketua Bidang Humas DPP GP Jamu, menurutnya masih banyak yang perlu ditingkatkan oleh para pelaku di industri ini. Meskipun saat ini ada peningkatan untuk produk jamu dan herbal.

“Saat ini orang jadi lebih sadar dengan kesehatan, mereka rutin konsumsi suplemen. Ini jadi peluang besar buat para pemain,” ujarnya dalam acara Industry Roundtable, Selasa (17/11)

Baginya Indonesia memiliki sumber daya yang unggul untuk pengolahan produk-produk jamu dan herbal. Bahkan di tiap daerah di Indonesia memiliki warisan resep jamu dan herbal tersendiri. Ia mencontohkan bahwa di daerah Blora, Jawa Tengah, produk yang paling digemari adalah produk herbal berbahan daun kelor. Di saat yang sama, produk ini juga diminati di pasar internasional.

Meskipun produk herbal dan jamu sudah diakui di internasional, namun pemain di industri ini masih perlu melakukan inovasi dalam bentuk produk, kemasan, hingga pola komunikasi dengan calon konsumen. Di satu sisi, produk herbal juga masih kurang dikomunikasikan oleh para praktisi kesehatan.

“Pandemi ini ada peluang besar buat industri ini. Orang tidak hanya konsumsi tapi juga membuat racikan herbal sendiri. Itu sama dengan era nenek moyang kita dulu. ke depan pelaku bisnis bisa ambil peluang ini,” terang Edward.

Menurutnya kunci agar industri ini bisa memanfaatkan momentum yang ada dengan kemandirian bahan baku. pemanfaatan sumber daya alam lokal, budidaya tanaman obat, serta harga bahan baku yang bersaing dibandingkan dengan import.

Selain itu juga dibutuhkan peningkatan kapasitas dan kompetensi riset melalui kerjasama pemerintah dengan akademisi dan bisnis. Diikuti dengan pengetahauan dan kemampuan sumber daya manusian soal regulasi dan sosialiasi. Dan, akses informasi bersama dengan  peningkatan daya saing para pelaku usaha.

Related

award
SPSAwArDS