Bahaya Retinopati Diabetik: Mengapa Pasien Diabetes Perlu Waspada?

marketeers article
Sumber: 123RF

Bayer, perusahaan global di bidang life science terkait kesehatan dan pertanian mengajak pasien diabetes di Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan risiko retinopati diabetik (RD) dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2023. Penyakit ini dapat berujung pada Diabetic Macular Edema (DME) dan berpotensi menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan baik.

Indonesia menghadapi sebuah tantangan serius dalam hal kesehatan mata, terutama bagi penderita diabetes. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia, yaitu 19,5 juta orang, dan diprediksi mencapai 28,6 juta di tahun 2045.

Data dari IDF juga mengungkapkan satu dari tiga penderita diabetes berisiko mengalami kehilangan penglihatan dalam hidupnya. Bahkan, data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) pada tahun 2022 menunjukkan Indonesia memiliki tingkat kebutaan tertinggi di Asia Tenggara, yang mana sebagian besar disebabkan oleh retinopati diabetic (RD).

Data menunjukkan bahwa di Indonesia, sebanyak 43,1% pasien diabetes tipe 2 mengalami RD, dengan 26.3% di antaranya berisiko mengalami RD yang mengancam penglihatan. Untuk mencegah perburukan RD hingga kebutaan, sangat penting untuk mengendalikan faktor risiko sistemik, seperti tekanan darah, kadar gula darah, dan tingkat lipid.

BACA JUGA: Beyond Aesthetic Beauty & Wellness Fair, Edukasi Estetika Medis dan Kecantikan

Dewi Muliatin Santoso, Head of Medical Department of Bayer Pharmaceutical menyampaikan sebagai upaya pencegahan, penting bagi para penderita diabetes untuk menjalani pemeriksaan mata secara rutin. Menurut pedoman dari Asosiasi Diabetes Amerika (ADA), langkah pertama yang harus dilakukan oleh penderita diabetes adalah pemeriksaan mata lima tahun pertama setelah terdiagnosa diabetes tipe 1.

“Pemeriksaan secepatnya harus dilakukan pada pasien diabetes tipe 2. Untuk pasien yang gula darah terkontrol dengan baik dan tidak memiliki gejala RD, pemeriksaan dapat dilakukan satu hingga dua kali setahun,” ujar dr. Dewi.

Dalam upaya untuk mengatasi DME, ada solusi pengobatan seperti Aflibercept, dan Bayer telah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Indonesia. Aflibercept memiliki afinitas pengikatan yang sangat kuat terhadap VEGF-A, bahkan lebih kuat dibandingkan dengan alternatif VEGF lainnya.

Berdasarkan studi Protokol T, Aflibercept telah terbukti efektif dalam meningkatkan penglihatan dengan jumlah injeksi yang lebih sedikit dibandingkan alternatif lainnya. Dengan pemberian Aflibercept setiap 8 minggu, pasien dapat mengurangi jumlah total suntikan dan kunjungan ke klinik.

BACA JUGA: Waspada Ancaman 5 Penyakit Ini di Balik Tren Soda Gratis

Selain itu, Aflibercept juga efektif dalam mengobati masalah mata lainnya, seperti age-related macular degeneration (AMD) atau makula yang disebabkan oleh umur. Dewi menambahkan selain mengandalkan terapi anti-VEGF seperti Aflibercepts, mengidentifikasi dan mengobati DME pada tahap awal adalah langkah krusial dalam merawat pasien diabetes.

Terutama, untuk menjaga kualitas penglihatan mereka dan meminimalisir risiko kebutaan akibat DME. Selain itu, memonitor gula darah secara berkala, hingga menjaga tekanan darah dan kadar kolestrol dengan pola makan sehat juga diperlukan.

“Berhenti merokok, berolahraga secara tertarus juga menjadi langkah-langkah yang dapat membantu mengurangi risiko diabetes dan perburukan DME. Konsultasikan dengan dokter spesialis mata untuk mendapatkan informasi lebih terkait DME, serta pilihan terapi pengobatan menggunakan Aflibercept,” tutur dr. Dewi.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS