Bangun KRL, Indonesia Berkiblat Pada China dan Jepang

marketeers article

Transformasi kereta listrik (KRL) yang beroperasi di sekitar Jabodetabek bisa dibilang berhasil. Perubahan paling kentara ketika Ignasius Jonan memimpin PT KAI sebelum menjadi Menteri Perhubungan yang kini telah diganti.

Di bawah manajemen PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), KRL Commuter Line terus meningkatkan layanannya. Meski dari hari ke hari selalu terlihat padat, KCJ menilai dalam membangun bisnis KRL ini masih membutuhkan aktivitas marketing. Salah satunya adalah improvement. Bahkan, dalam membangun bisnisnya, KCJ tidak tanggung-tanggung melakukan studi hingga ke kota mode Paris.

“Banyak hal yang kami perhatikan dalam membangun bisnis ini. Mulai dari menyeimbangkan supply-demand hingga melakukan studi banding ke berbagai negara agar layanan kami terus berkembang,” kata Direktur Utama PT KAI Commuter Jabodetabek M.N Fadhila.

Studi banding yang dilakukan oleh pihak KCJ ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata kepada para sumber daya manusia KCJ. Sampai saat ini, KCJ konsisten mengirim pegawai KCJ ke tiga negara, Prancis, Jepang, dan Tiongkok. Kalau berbicara hospitalitas dengan budaya, KCJ belajar membangun sistem di Kota Paris.

“Kalau di Jepang, kami lihat dari sisi teknologi dan strategi bisnis. Kalau terkait bagaimana pembangunan dapat berjalan cepat, efektif dan ada sisi hospitalitasnya juga, kami berkiblat ke Tiongkok,” lanjut Fadhila.

Fadhila menambahkan, karyawan KCJ di sana ke mana-mana naik kereta. Naik KRL di Jepang, Paris, dan Tiongkok. Mereka pun langsung mengalami posisi sebagai penumpang. Fadhila menyebutkan bahwa ini akan membentuk pola pikir mereka.

“Selanjutnya, kami tanya hasilnya di sana. Apa yang bisa diterapkan? Kami berharap hal ini mempercepat inovasi layanan. Ini bagian strategi kami dalam mengembangkan sumber daya manusia. Upaya ini terbukti efektif,” tutupnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS