Beauty 4.0, Evolusi Baru Dunia Kecantikan

marketeers article
Handsome man is sitting at the cosmetician while doctor in medical gloves is examining his face using a pencil

Seperti halnya revolusi industri berkembang dan mengalami perubahan dari Industri 1.0 menuju 4.0, demikian pula industri kecantikan berevolusi. Seperti apa Beauty 4.0?

Konsep perawatan dan kecantikan di era Beauty 1.0 hanya fokus pada satu dimensi, yakni dokter memberikan patokan standar kecantikan bagi para pasien (golden ratio). Pada masa itu, standar kecantikan hanya ditentukan sesuai pandangan profesional. Hal ini kemudian bergerak pada konsep Beauty 2.0 yang mana demand dari pelanggan mulai bermunculan. Masyarakat menginginkan tampilan wajah yang sempurna tanpa menghilangkan keotentikan diri mereka.

“Pada Beauty 2.0, masyarakat menginginkan tampilan wajah dengan perfect look namun tetap memiliki keaslian, versi terbaik dari dirinya, tidak menjadi diri orang lain. Sedangkan pada era Beauty 3.0, tuntutan masyarakat kian berkembang. Mereka tidak hanya sekadar ingin menyempurnakan tampilan wajahnya namun perawatan kecantikan yang dilakukan dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka,” ungkap President Director MIRACLE Aethetic Clinic Group Lanny Juniarti kepada Marketeers.

Kini, ketika manusia memasuki era digitalisasi, pergeseran perilaku konsumen kecantikan turut terjadi. Kemajuan teknologi dan kehadiran dunia digital telah mengintegrasi dunia fisik dengan virtual, dan koneksi internet memungkinkan manusia berkomunikasi melalui media sosial. Jaringan sosial ini tumbuh kuat dalam komunitas dan membentuk social network.

Sebagaimana dikatakan seorang ilmuan komunikasi asal Kanada, Marshall McLuhan, teknologi menjadi faktor dominan yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Ya, kelahiran dunia virtual menyebabkan mayoritas masyarakat seakan hidup di dua dunia. Secara otomatis, tuntutan pun bertambah dari masing-masing dunia.

Penampilan tak lagi dinilai secara langsung. Foto menjadi alat ukur tambahan untuk menilai penampilan seseorang. Komentar yang bermunculan di unggahan media sosial bak menjadi alat ukur akurat. Kini, definisi kecantikan bersifat multidimensi.

“Di era Beauty 4.0 saat ini, kecantikan tak hanya melibatkan pandangan dokter ataupun individu tersebut, melainkan sosial. Kami menyebutnya social beauty,” jelas Lanny.

Beauty 4.0 melibatkan berbagai dimensi, mulai dari opini publik, social awareness, psikososial, dan berbagai hal lain. Media sosial menjadi salah satu alat bagi para pelanggan untuk bercermin. Komentar-komentar di unggahan foto mereka memengaruhi pandangan mereka dalam mendefinisikan kecantikan. Lanny mengatakan, hal ini harus dipahami para profesional atau dokter di bidang kecantikan. Pasalnya, dokter pun harus mampu memberikan batasan atas keinginan pelanggan yang tak selalu sesuai dengan kebutuhan mereka.

“Kita harus berani mengatakan tidak jika memang apa yang dinginkan pasien sudah melewati batas. Sebagai seorang ahli di bidang estetik, kami harus dapat menyarankan perawatan apa yang tepat untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan klien dengan tetap memiliki kekhasan tampilan wajah mereka, intinya menjadi versi terbaik dari dirinya,” jelas Lanny.

Goal dari Beauty 4.0 dikatakan Lanny adalah soal bagaimana para praktisi dapat memenuhi ke-empat dimensi kecantikan tersebut. “Bagaimana kita (praktisi) menyempurnakan tampilan wajah sesuai versi terbaiknya, namun tetap terlihat natural, sehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan memberi dampak positif bagi mereka saat berinteraksi dengan orang lain. Hasil perawatan yang kita lakukan harus dapat memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik bagi kehidupan sosial mereka,” terang Lanny.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS