Belajar Mengelola Ekspektasi dari Kasus Film A Business Proposal Indonesia

marketeers article
Poster film A Business Proposal. (FOTO: Instagram @falconpictures_)

Film Indonesia berjudul A Business Proposal baru-baru ini menarik perhatian publik. Sebelum penayangannya, film, hasil adaptasi webtoon The Office Blind Date yang juga pernah diadaptasi ke versi drama Korea ini memicu beragam pendapat pro dan kontra. Lantas, apa yang menyebabkan hal ini terjadi?

Dalam konferensi pers gala dinner film yang diunggah HYPE di YouTube, salah satu cast utama dalam A Business Proposal, Abidzar Al Ghifari  mengungkapkan bahwa pengembangan karakter dalam film ini dilakukan berdasarkan interpretasi pribadi serta arahan sutradara.

Aktor tersebut mengaku hanya menonton episode pertama dari drama A Business Proposal versi Korea dan kemudian memilih berhenti agar tidak terjebak dalam usaha meniru karakter yang sudah ada.

BACA JUGA: Fakta Menarik Film A Business Proposal, Remake Drama Korea Populer

Pernyataannya ini langsung memicu pro dan kontra. Bukannya reda, perbincangan mengenai film A Business Proposal ini semakin memanas setelah wawancara promosi film bersama para cast diunggah ke publik.

Dalam podcast ONOFF di YouTube, sang aktor mengungkapkan rasa tertekannya dengan ekspektasi penggemar yang fanatik terhadap drama Korea. Ia mengakui beratnya beban ketika memerankan karakter yang sebelumnya sudah pernah ada.

“Cukup beban mainin karakternya. Ditambah juga, tau lah ya, fans fanatiknya seperti apa. Kita pun menghargai itu dan berterima kasih,” ungkap Abidzar Al Ghifari .

Namun, ia juga mengungkapkan bahwa jika film A Business Proposal yang ia perankan tersebut sesuai dengan ekspektasi penonton, bahkan melampauinya, para penggemar akan sangat menghargai hasilnya.

BACA JUGA: Standar Mutu: Kriteria dalam Memuaskan Ekspektasi Pelanggan

Di sisi lain, dalam wawancara promosi bersama IDN Times di YouTube, ia mengungkapkan bahwa ia tidak terlalu memedulikan komentar yang kontra. “Ngapain juga gue inget, mereka juga gak bakal diundang nanti ke premiere,” ujarnya dengan santai.

Pernyataan-pernyataan ini pun semakin memicu diskusi di media sosial. Penulis Buku, Ika Natassa, yang juga mengalami adaptasi karya tulisnya ke layar lebar, memberikan pandangannya tentang pernyataan-pernyataan sang aktor tersebut.

Ika menegaskan bahwa aktor harus mengapresiasi penggemar, bukan mengabaikan mereka.

Dalam unggahannya di akun X, Ika menyarankan agar aktor menghargai kontribusi penggemar dalam kesuksesan sebuah karya. “Seorang aktor yang baik bukan takut sama ‘fans fanatik’, tapi justru mengapresiasi karena karya itu besar juga andil mereka,” ujar Ika.

film remake drama Korea
unggahan Ika Natassa di akun X @ikanatassa

Ika juga menekankan pentingnya sikap dan komunikasi yang tepat selama proses promosi film, karena hal tersebut akan memengaruhi kesuksesan film di pasaran.

unggahan Ika Natassa di akun X @ikanatassa

Dari kasus film A Business Proposal, dapat disimpulkan bahwa dalam dunia perfilman, terutama untuk film adaptasi yang juga pernah di adaptasi ke versi drama Korea, menjaga keseimbangan antara setia pada esensi karya asli dan berinovasi agar sesuai dengan konteks budaya lokal adalah tantangan besar.

Sikap profesional, apresiasi terhadap penggemar, dan komunikasi yang efektif adalah kunci untuk menentukan apakah sebuah adaptasi, termasuk film A Business Proposal dapat diterima dengan baik oleh penonton.

Editor: Eric Iskandarsjah Z

award
SPSAwArDS