Semester Pertama, Belanja Iklan Tembus Rp 6,7 Triliun

marketeers article
42650612 old tv on wood in room.

Belanja iklan pada semester pertama tahun 2016 mengalami pertumbuhan 18% disbanding periode yang sama tahun lalu. Total belanja iklan pun menyentuh angka Rp 6,7 triliun. Begitulah hasil temuan Nielsen Advertising Information Services yang dirilis Nielsen Indonesia.

Seperti biasa, televisi masih merajai belanja iklan di Indonesia dengan valuasi Rp 51,9 triliun, atau meningkat 26% dari periode yang sama pada tahun 2015 lalu.

“Belanja iklan di semester pertama tahun ini menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan belanja iklan di media televisi, sementara itu pertumbuhan belanja iklan di media cetak juga terlihat cukup stabil,” kata Hellen Katherina, Executive Director, Head of Media Business, Nielsen Indonesia.

Hellen menilai, hasil perhitungan perusahaannya itu memberikan indikasi bahwa para pengiklan perlahan-lahan mulai optimistis untuk beriklan paska pertumbuhan ekonomi negeri ini mengalami penurunan selama setahun terakhir.

“Bila stabilitas ekonomi meningkat, bisa jadi tren pertumbuhan belanja iklan di semester kedua juga akan mengalami peningkatan,” lanjut Hellen.

Sepanjang Januari-Juni 2016, sepuluh kategori produk dengan belanja iklan tertinggi juga meraih pertumbuhan yang positif. Kategori Pemerintahan dan Organisasi Politik masih menjadi pengiklan terbesar dengan nilai belanja iklan Rp 3,8 triliun dan tumbuh 40%, disusul oleh Rokok Kretek dengan total belanja iklan Rp 3,5 triliun dan pertumbuhan sebesar 53%.

Pengiklan terbesar ketiga adalah Perangkat dan Layanan Komunikasi dengan total belanja iklan sebesar Rp 2,5 triliun dan mengalami pertumbuhan 27% dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Kategori Perawatan Rambut menghabiskan belanja iklan sebesar Rp 2,5 triliun dengan pertumbuhan 20%. Begitu juga dengan Kopi dan Teh yang tumbuh 24% atau menjadi Rp 2,3 triliun. Serta Perawatan Wajah turut tumbuh 31% menjadi Rp 2,2 triliun.

Sedangkan, kategori Layanan Online berada di urutan ke tujuh sekaligus menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi atau sebesar 66% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Nilai belanja iklannya mencapai Rp 2,2 triliun.

Jika dirunut berdasarkan nama merek, belanja iklan tertinggi sepanjang Januari-Juni 2016 jatuh kepada merek rokok kretek Dunhilll dengan nilai belanja iklan mencapai Rp 488,9 miliar, disusul oleh Indomie dengan total belanja iklan sebesar Rp 451 miliar.

Di posisi ketiga, ada si langganan iklan Ramadan, sirup Marjan yang menggelontorkan belanja iklannya sebesar Rp 366 miliar. Posisi keempat dan kelima adalah Pemda Riau dan Traveloka dengan total belanja iklan masing-masing sebesar Rp 334 miliar dan Rp 326 miliar.

Lalu, operator telko yang baru saja merampungkan mergernya tahun ini, IndosatOoredo IM3 menjadi pengiklan terbesar keenam dengan nilai sebesar Rp 303 miliar.

Secara keseluruhan televisi mengantongi market share belanja iklan Q1 2016 sebesar 77%, disusul oleh koran 22%, serta majalah 1%. Total belanja iklan di surat kabar mencapai Rp 15 triliun atau turun Rp 200 miliar dari periode sama tahun lalu. Angka ini didapat dari iklan yang ada di 90 nama surat kabar yang disurvei Nielsen.

Sedangkan nasib majalah terus terpuruk. Nielsen mencatat, sekitar Rp 800 miliar merupakan nilai belanja iklan yang diperoleh majalah yang saat ini jumlahnya mencapai 120 nama.

Informasi belanja iklan ini dikumpulkan dari data Advertising Information Services yang memonitor aktivitas periklanan Indonesia. Mencakup 15 stasiun TV, 99 surat kabar dan 123 majalah dan tabloid. Semua angka didasarkan pada gross rate card, tanpa menghitung diskon, promo, dan lainnya.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS