Benarkah Generasi Kedua Hanya Menikmati Bisnis Keluarga?

marketeers article

Hanya 30% bisnis keluarga sukses diturunkan ke generasi kedua. Sekitar 10%-15% sukses diturunkan dari generasi kedua ke generasi ketiga. Dan sekitar 3%-5% sukses diturunkan dari generasi ketiga ke generasi keempat.

Tentu laporan PricewaterhouseCooper (PwC) tahun 2012 itu bukan sesuatu yang patut dibanggakan. Malah, hasil itu menyiratkan satu pertanyaan mendalam, apakah generasi penerus tak becus mengurusi bisnis keluarga?

Sebuah buku setebal 250 halaman berjudul The 2nd G Challenges hadir guna menguak mitos tersebut. Pasalnya, masih ada segelintir penerus perusahaan keluarga yang berhasil membawa tampuk kesuksesan ke level yang lebih tinggi.

Buku tersebut membahas peran pemimpin generasi kedua yang sangat kritikal, yaitu sebagai “jembatan” antara generasi pertama sebagai pendiri dan peletak dasar perusahaan dengan generasi-generasi setelahnya.

Di tangan generasi pertama, perusahaan keluarga berada di fase start-up dengan format pengelolaan yang bersifat enterpreneurial. Sistem di dalam organisasi umumnya belum terbentuk secara baik dan kepemimpinan masih bersifat one-man show, yakni founding father begitu dominan dalam keseluruhan proses kepemimpinan perusahaan.

Sedangkan di tangan generasi kedua, pola pengelolaan dan gaya kepemimpinan yang diadopsi generasi sebelumnya mulai berubah. Dengan pernah mengenyam pendidikan tinggi di universitas ternama luar negeri, pengetahuan generasi kedua umumnya sudah terbuka. Mereka sudah mengetahui prinsip pengelolaan profesional layaknya perusahaan besar dunia.

Pertanyaan selanjutnya, apakah kehadiran perusahaan keluarga bakal mematikan jenjang karier bagi para profesional yang bukan dari latar belakang keluarga?

Bryan Tilaar, Presiden Direktur PT Martina Berto Tbk yang juga penulis buku ini mengatakan, pihaknya justru belajar dari para profesional, dan kehadiran profesional memberikan keseimbangan bagi perusahaan keluarga, khususnya saat mengambil keputusan sulit.

“Saya tak akan menjadi presdir dari Martina Berto sampai selama-lamanya. Posisi ini bisa saya berikan ke profesional yang kompeten. Saya hanya sebagai komisaris saja yang mengawasi jalannya perusahaan,” ujar Bryan saat bedah buku The 2nd G Challenges di Kuningan, Jakarta, Senin, (26/6/2016).

Buku The 2nd G Challenges mengangkat isu yang cukup langka, namun realitanya cukup besar di Indonesia. Sebab, 95% dari perusahaan yang ada di negeri ini adalah perusahaan keluarga.

Adapun aspek peran generasi kedua dalam bisnis keluarga yang dibahas dalam buku ini antara kepemimpinan, kompetensi bisnis, peran mentor, budaya perusahaan, dan kesinambungan organisasi.

Ada rahasia sukses dari 14 pemimpin generasi kedua yang berhasil digali dalam buku ini, di antaranya Irawati Setiady (Kalbe Group), Noni Purnomo (Blue Bird), Shinta Kamdani (Sintesa Group), Ivan Kamadjaja (Kamadjaja Logistics), Svida Alisjahbana (Femina Group), dan lain sebagainya.

Buku terbitan Gramedia ini sudah tersebar di berbagai jaringan toko buku nasional, namun peluncuran resminya baru akan dilakukan pada awal Agustus 2016 mendatang.

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS