Berutang tapi Merasa Jadi Korban, Pertanda Victim Mentality?

marketeers article
Ilustrasi seseorang dengan victim mentality (Foto: 123rf)

Kisah lelaki yang bunuh diri karena teror dari desk collector (DC) pinjaman online menuai simpati warganet. Namun, tak sedikit pula yang mempertanyakan konotasi cerita tersebut, yang mana seolah-olah menggambarkan si pengutang justru merasa jadi korban.

Terlepas dari kasusnya, kenapa orang yang punya utang ketika ditagih itu selalu merasa jadi korban ya? Entah itu utang yang ditagih teman atau DC (selama DC melakukan penagihan sesuai SOP),” kicau akun @tanyarlfes di platform X, yang hingga Rabu (20/9/2023) sudah dilihat sebanyak 1,2 juta kali.

Gollwitzer dkk dalam Victimization Experiences and The Stabilization of Victim Sensitivity (2015) mendefinisikan kecenderungan tersebut sebagai victim mentality. Ini merupakan kondisi saat seseorang selalu merasa menjadi korban atas segala situasi yang menimpanya.

BACA JUGA: Mengenal Kanker Ginjal, Penyakit yang Diidap Vidi Aldiano

Kondisi yang juga disebut mentalitas korban ini bisa terjadi karena beberapa hal. Di antaranya, memiliki trauma masa lalu, mengalami kejadian negatif terus-menerus, pernah dikhianati orang lain, atau sekadar ingin mendapat perhatian.

Mentalitas korban juga bisa berkembang dari ketidakmandirian. Orang yang terlalu bergantung pada orang lain berpotensi mengalami kondisi ini, yang lantas membuatnya merasa frustrasi dan kesal karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan.

Ciri-Ciri Victim Mentality

Sebetulnya adalah hal yang wajar jika pernah sesekali merasa menjadi korban atau ingin menyalahkan orang lain atas suatu kejadian. Kondisi ini masih tergolong wajar, karena memang tidak sepenuhnya memiliki kontrol atas semua hal.

Namun, saat seseorang selalu menyalahkan orang lain, tidak mau bertanggung jawab untuk kehidupannya, atau selalu merasa menjadi korban, itulah pertanda yang mengindikasikan bahwa dirinya bermental korban.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang menjadi ciri-ciri victim mentality. Di antaranya, merasa dunia dan lingkungan tidak berpihak padanya, tidak memiliki coping atau cara dan strategi untuk menyelesaikan masalah, serta merasa tidak mendapat dukungan dari orang lain.

BACA JUGA: Jarang Minum Tablet Penambah Darah Bisa Lahirkan Anak Stunting?

Seseorang dengan victim mentality juga cenderung merasa “diserang” ketika orang lain ingin membantu atau memberikan saran yang positif, selalu memikirkan hal negatif dan bersikap pesimistis terhadap segala hal, serta memiliki kepercayaan diri dan harga diri yang rendah.

Hidup dengan victim mentality sejatinya sangat melelahkan. Pasalnya, mereka akan terus menerus hidup dalam kekhawatiran dan sering marah atau menyalahkan orang-orang di sekitarnya. 

Seseorang dengan mentalitas korban juga berpotensi mengalami masalah sosial. Mentalitas ini bahkan dapat mengganggu pekerjaan karena menyebabkan mereka terus menghindari tanggung jawab.

Untuk itu, perlu dilakukan beberapa hal agar victim mentality tidak berkembang dalam diri. Salah satunya membangun rasa tanggung jawab, misalnya melakukan setiap pekerjaan dengan fokus, konsisten, dan tidak menunda-nunda.

Demikianlah ulasan mengenai victim mentality, sebuah kondisi yang kerap dialami oleh orang-orang yang berutang namun merasa jadi korban ketika ditagih. 

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS