Bisnis Properti Tumbuh Positif pada 2023, REI Soroti Masalah Ini

marketeers article
Bisnis Properti Tumbuh Positif pada 2023, REI Soroti Masalah Ini. (FOTO: 123rf)

Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan bisnis properti tetap tumbuh positif tahun depan. Namun, REI tetap memperhatikan kondisi perekonomian dalam negeri hingga keputusan masyarakat untuk membeli rumah.

Paulus Totok Lusida, Ketua Umum REI menuturkan perekonomian nasional tahun 2023 berpeluang tumbuh 5%. Dari indikasi itu, ekonomi Indonesia diproyeksikan bisa kebal terhadap resesi global hingga adanya kenaikan inflasi.

BACA JUGA: Kebutuhan Meningkat, Harga Rumah Naik 20% per Tahun

Namun demikian, dia menilai aspek makro tersebut tidak selamanya menjadi tuntunan dalam pertumbuhan bisnis properti. Pasalnya, saat ini kegiatan sektor riil mengalami pukulan cukup serius akibat ketidakpastian ekonomi global.

Hal ini bisa terlihat dari banyaknya perusahaan yang mulai melakukan efisiensi hingga menerapkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Dengan kondisi tersebut, ada peluang besar masyarakat menahan untuk melakukan pembelian rumah.

BACA JUGA: Hingga September 2022, Penjualan Apartemen Hanya 782 Unit

“Kalau 2023, kita dalam trennya target positif, tapi kita harus melihat kondisi riil kita meski makro cukup resisten, tahan goncangan dan lain-lain. Transaksi bisnis itu kan antara dua pihak. Kalau (ada) kolaps tentu enggak confidence,” kata dia dalam sesi panel Indonesia Industry Outlook 2023 di MarkPlus Conference 2023, Jakarta, Kamis (8/12/2022).

Paulus turut menyoroti kebijakan perbankan dalam menetapkan uang muka Down Payment (DP) untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Saat ini, rata-rata uang muka untuk KPR sebesar 12% meski ada kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menetapkan DP 0%.

“Bank (DP) sekarang ketat, saat COVID-19 DP hanya 7%, sekarang rata-rata di 12%. Jadi kondisi ini kita harus aware semua sehingga seluruh industri dan dunia usaha bisa survive,” ucapnya.

Meski didera banyak tantangan, bisnis properti faktanya tetap bertahan bahkan saat pandemi COVID-19 dalam dua setengah tahun terakhir menerjang. Pada satu tahun pandemi, bisnis properti tumbuh positif meski tipis.

“Jadi waktu COVID-19 secara secara total ada penurunan, tapi kita masih positif. Positif 0 sekian persen,” ucapnya.

Dia membeberkan pertumbuhan bisnis properti saat pandemi disokong penjualan rumah subsidi. Dengan demikian, meski penjualan rumah menengah ke atas tumbuh negatif, namun daya beli dari masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tetap tinggi.

“Kita secara average sederhana, ketolong dari rumah subsidi, tapi untuk menengah ke atas waktu itu memang bisa dikatakan negatif. Riilnya ketolong rumah sederhana,” tuturnya.

Related

award
SPSAwArDS