BNI: Ekonomi RI Masih Stabil meski Ada Resesi Global

marketeers article
BNI Perkuat Sinergi dengan BPD untuk Akselerasi Transformasi Digital. (FOTO: Dok BNI)

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI memastikan ekonomi Indonesia masih stabil meski dihadapkan risiko resesi global. Indonesia dinilai masih berada dalam kondisi lebih baik dibanding negara-negara lain.

Agus Martowardojo, Komisaris Utama BNI menilai kinerja ekonomi nasional justru tampak semakin menguat, utamanya didorong oleh tren positif pertumbuhan ekonomi yang tetap terjaga di sekitar 5%, stabilitas nilai tukar, serta inflasi yang masih sangat terkelola.

BACA JUGA: Dorong Pertumbuhan Bisnis, BNI Terus Lanjutkan Transformasi

“Ini menunjukkan bahwa stabilitas domestik terbukti masih kuat dengan fundamental ekonomi yang semakin kuat,” kata Agus Marto yang juga Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2013-2018 dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/10/2022).

Agus menilai kondisi perbankan di Indonesia saat ini sangat baik karena memiliki permodalan yang kuat dengan penerapan manajemen risiko yang makin optimal. Bahkan, pemerintah masih yakin pertumbuhan ekonomi 2022 mampu menembus angka 5% karena konsumsi nasional yang kuat serta kinerja ekspor yang makin baik.

BACA JUGA: Dorong Kinerja UKM, BNI Siapkan Promo di Pameran Kriya Nusantara

Meski terdapat potensi inflasi yang meningkat, kinerja ekspor yang semakin kuat akan membuat kestabilan mata uang, yang juga berdampak pada kestabilan ekonomi dalam negeri. Ia berpendapat dukungan kebijakan fiskal dan moneter sejauh ini telah mampu mendorong ekonomi pulih dari pandemi COVID-19. 

Meski menghadapi tantangan yang berat, otoritas fiskal dan moneter telah mampu menjalankan kebijakan pre-emptive dan forward-looking yang sangat baik.

“Namun, memang dengan banyaknya otoritas moneter dunia seperti Bank Sentral Amerika Serikat, Bank Sentral Eropa, dan Bank Sentral Inggris yang nampak memperketat kebijakan, sehingga terus menekan mata uang negara berkembang. Kerja ke depan semakin tidak mudah,” ujarnya.

Ke depan, sambung dia, keseimbangan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter perlu terus dijaga untuk membuat struktur ekonomi yang tengah mengalami pertumbuhan semakin kuat. Semua pelaku ekonomi juga tidak boleh melupakan adanya kesempatan yang sangat besar dari penguatan kinerja segmen ekonomi berkelanjutan yang dapat memberi kesempatan pertumbuhan, baik bagi pelaku ekonomi riil maupun pelaku di sektor finansial.

“Percepatan transformasi digital juga menjadi kunci. Terlebih, kebutuhan terhadap solusi digital dari generasi masa depan terus meningkat,” kata Agus.

Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar menyampaikan perbankan relatif lebih siap menghadapi situasi seperti saat ini. Justru di tengah era suku bunga rendah yang mulai berlalu, perbankan proaktif menjaga agar tidak terjadi kejutan yang terlalu cepat dan mengganggu transmisi pertumbuhan ekonomi.

“Jadi teman-teman di industri perbankan sudah siap untuk merespons kenaikan suku bunga saat ini. Era suku bunga rendah sudah lewat. Kita tidak akan kembali lagi,” ucap Royke.

Ia pun menyampaikan pihaknya belum otomatis langsung menaikkan baik deposito maupun bunga kredit. Bahkan, kinerja ekonomi dari nasabah loyal akan menjadi prioritas BNI dalam kebijakan suku bunga akomodatif.

“Nasabah baru tentu dengan harga baru, nasabah lama loyalitas menjadi penting. Disampaikan bahwa, ekonomi Indonesia fundamentalnya juga cukup bagus jadi kita tidak buru-buru menaikkan suku bunga,” tuturnya.

Related

award
SPSAwArDS