Saatnya Brand Streetwear Lokal Bersaing Dengan Brand Streetwear Global

marketeers article

Menurut data Outlook Ekonomi Kreatif 2017 yang diterbitkan oleh Bekraf, subsektor fesyen merupakan salah satu subsektor ekonomi kreatif (ekraf) dengan nilai pendapatan terbesar (tahun 2016), yaitu senilai Rp 166 triliun atau berkontribusi sebesar 18,01% terhadap PDB Ekraf.

Secara umum, nilai ekspor produk fesyen Indonesia pada tahun 2015 mencapai US$ 10,90 miliar, meningkat sebesar 1,84% dibandingkan ekspor pada tahun 2014 dan memberikan kontribusi sebesar 54,54% terhadap total nilai ekspor sektor ekraf. Nilai tersebut menjadikan sub sektor fesyen sebagai salah satu industri yang sangat penting bagi ekonomi kreatif.

Negara tujuan ekspor terbesar produk fesyen Indonesia adalah Amerika Serikat dengan nilai sebesar US$ 4,72 miliar, lalu di posisi kedua dan ketiga berturut-turut adalah Jepang dengan nilai ekspor US$ 943,6 juta, dan Jerman dengan nilai ekspor US$ 701 juta. Komoditas terbesar produk fesyen ke Amerika Serikat berasal dari industri pakaian jadi dari tekstil.

Bicara tren fesyen saat ini tentu tidak bisa lepas dari tren streetwear. Tren streetwear berangkat dari tren fesyen dunia dimulai pada tahun 90an, produk streetwear yang berasal dari gaya hidup hip hop dan skate muncul dan menjadi incaran kaum muda.

Saat itu, streetwear merupakan sarana untuk menunjukkan identitas diri dan merefleksikan status sosial serta menampilkan kebanggaan dan integritas sebagai seorang individu dengan mengekspresikan diri melalui pakaian.

Beberapa rumah mode papan atas, seperti Gucci, Balenciaga, dan Louis Vuitton pun turut merilis koleksi baik pakaian dan sepatu yang memiliki unsur streetwear yang kental. Produsen olahraga seperti Nike dan adidas juga tidak ketinggalan menampilkan koleksi streetwear sebagai upaya mereka untuk tetap relevan di konsumen mereka.

Di Indonesia, tren ini mulai terlihat di tahun 90an saat era Distro berjaya. Label-label produksi dalam negeri yang menjual kaus, jaket, hoodies, yang belum berani menjual labelnya sendiri, menitipkannya di distro-distro.

Indonesia kembali semarak dipenuhi dengan label streetwear yang inovatif serta dipenuhinya acara-acara yang berhubungan dengan gaya hidup itu. Pemakainya, yaitu generasi Y dan Z menjadi konsumen utama produk streetwear.

Anak muda menilai bahwa streetwear merupakan gaya pakaian yang nyaman digunakan dan memiliki karakter. Streetwear, saat ini bukan hanya sekadar dipakai, namun juga menjadi sebuah kebanggaan bagi para pemakainya.

Tren ini yang membuat Bekraf memfasilitasi 5 brand di pameran streetwear terbesar Agenda Show, di Long Beach, California, Amerika Serikat pada tanggal 28 – 30 Juni 2018. Agenda Show merupakan pameran fesyen khusus kategori streetwear, action sport, denim, footwear, surfing dan skate.

“Keikutsertaan ini mencerminkan salah satu upaya Bekraf untuk terus meningkatkan fesyen sebagai sektor unggulan ekraf di Indonesia,” ujar Deputi Pemasaran Bekraf Joshua Puji Mulia Simandjuntak. Ia menambahkan diharapkan dengan dukungan ini, industri fesyen streetwear tanah air semakin berkembang pesat dan mendapat tempat di hati dunia.

Lebih lanjut, 5 brand yang didukung oleh Bekraf di Agenda Show 2018 ini adalah Elhaus dengan modern menswear dan denim, Paradise Youth Club dengan inspirasi gaya hidup 90’s skate dan musik, OldblueCo yang fokus produksi denim, Monstore yang memiliki koleksi unisex, apparel, dan home, serta Potmeetspop asal Bandung yang berkreasi dengan aneka denim rancangan modern.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS