Buka-bukaan, CEO Zenius Ungkap Alasan Pecat 200 Karyawan

marketeers article
Ilustrasi PHK. (FOTO: 123rf)

Zenius, perusahaan rintisan (startup) pendidikan atau edutech baru-baru ini melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 25% karyawannya. Jumlah tersebut setara lebih dari 200 orang pekerja.

Rohan Monga, Chief Executive Officer (CEO) Zenius mengungkapkan alasan tersebut kepada Marketeers. Zenius mengambil keputusan yang sulit itu untuk menyelamatkan bisnis. Pasalnya, Zenius masih menggantungkan suntikan dana dari investor yang tengah terdampak krisis ekonomi global yang berkepanjangan.

Adapun krisis tersebut dimulai dari merebaknya pandemi Covid-19 dan dilanjutkan dengan kenaikan inflasi yang sangat tinggi. Kemudian, diperburuk adanya konflik antara Rusia dan Ukraina yang belum menemukan titik terang hingga sekarang.

“Hal ini juga memengaruhi investor di startup. Saat ini mereka lebih selektif dalam melakukan pendanaan. Kondisi seperti ini tidak hanya dirasakan di sektor edutech Zenius, tapi juga di seluruh industri, terutama startup, yang masih mengandalkan dana investor untuk beroperasi. Banyak perusahaan yang terpaksa harus mengubah strategi bisnis, untuk menjadi lebih ramping dan efisien, salah satunya adalah dengan pengurangan tenaga kerja,” ujar Rohan, dikutip Kamis (9/6/2022).

Menurut dia, saat ini kondisi ekonomi makro global sedang tidak bersahabat. Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menaikkan suku bunga di kisaran 0,75% hingga 1%. Kebijakan tersebut diambil untuk menetralisasi kondisi inflasi AS, yang mana kenaikan secara tahunan (year-on-year/yoy) telah mencapai 8,4%, atau angka tertinggi dalam 41 tahun terakhir.

Sementara itu, risiko terbesar sekarang adalah rantai pasokan global yang telah bergeser dari pandemi ke konflik militer Rusia dan Ukraina. Hal ini menyebabkan ketidakpastian geopolitik dan ekonomi imbas konflik tersebut.

Rohan menyebut, inflasi global sampai saat ini masih belum bisa dikendalikan, mulai dari dampak perang Rusia dan Ukraina, terhambatnya rantai pasokan dari China terkait isolasi COVID-19, hingga langkah Uni Eropa yang menghentikan impor minyak dari Rusia membuat pasar keuangan global merespons negatif.

Dengan situasi yang masih penuh ketidakpastian, lanjutnya, Zenius akan terus beradaptasi guna mempertahankan usaha. Salah satu caranya, yakni dengan mengubah model bisnis dan mengurangi bakar-bakar uang untuk menciptakan permintaan.

Ke depan, bisnis yang dijalankan Zenius akan terus mengejar keuntungan dan memperbaiki cash flow. Ketergantungan suntikan dana pemodal pun mulai dikurangi secara bertahap dengan mencari peluang-peluang baru.

“Tidak bisa dimungkiri, tidak ada yang bisa memprediksi kondisi ekonomi makro saat ini. Dari sisi industri startup, kami harus bisa untuk beradaptasi dengan situasi dan kondisi ekonomi apa pun. Artinya, harus siap dengan segala kemungkinan, termasuk untuk mengambil langkah efisiensi yang bertujuan untuk keberlanjutan bisnis dan profitabilitas,” tuturnya.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS