Bukan Hustle Culture, Ini yang Diharapkan Gen Z dari Tempat Kerja

marketeers article
Ilustrasi (Foto: 123rf)

Budaya kerja keras tanpa henti alias hustle culture pernah begitu digandrungi, terutama oleh generasi milenial yang tumbuh di era awal 2000-an. Bekerja dengan waktu tidur minimal pun dianggap keren dan wajib ditiru demi meraih sukses di usia muda.

Namun, seiring berjalannya waktu, pola pikir tersebut mulai dipertanyakan. Nyatanya, gaya kerja berlebihan justru membuat banyak milenial mengalami burnout, seperti yang dilaporkan Aflac di mana sekitar 66% milenial kini menghadapi tingkat kelelahan sedang hingga tinggi.

Kini, giliran Gen Z memasuki dunia kerja. Alih-alih meneruskan hustle culture, mereka membawa ekspektasi baru terhadap dunia kerja yang lebih berorientasi pada keseimbangan, keberlanjutan, dan stabilitas hidup.

BACA JUGA: Workcation Jadi Tren Baru, Ini Tips agar Kerja Tetap Efektif

Melansir Forbes, berikut tiga hal yang diharapkan Gen Z dari tempat kerja mereka:

Stabilitas dan Keamanan Kerja

Berbeda dari milenial yang sering kali mengejar mimpi besar dengan semangat tinggi, Gen Z cenderung lebih realistis. Sebaliknya, mereka lebih mengutamakan keamanan dan kestabilan dalam pekerjaan.

Menurut riset McKinsey & Company, hampir seperempat Gen Z merasa pesimis dapat pensiun, bahkan hanya 41% yang yakin mampu membeli rumah. Tak ayal, gaji dan keamanan kerja pun menjadi dua faktor utama yang mereka cari dari sebuah pekerjaan.

Gaji Layak dan Tunjangan yang Memadai

Meski tetap menghargai fleksibilitas seperti bekerja dari rumah atau jadwal kerja hybrid, Gen Z tidak ingin hidup pas-pasan. Mereka ingin mendapat penghasilan yang cukup untuk hidup layak dan mandiri.

BACA JUGA: Survei Ungkap Pria Gen Z Lebih Banyak Gunakan AI di Tempat Kerja

Data dari Global Payroll Association menunjukkan bahwa Gen Z berharap memiliki penghasilan lebih dari US$ 100.000 per tahun. Selain itu, survei Resume Genius mencatat 55% dari mereka bersedia melakukan negosiasi gaji, bahkan berharap kenaikan gaji tahunan 10% tanpa promosi.

Keseimbangan Hidup dan Dukungan Kesehatan Mental

Yang membedakan Gen Z dari generasi sebelumnya adalah pandangan terhadap kehidupan di luar pekerjaan. Mereka enggan mengorbankan kesehatan atau kehidupan pribadi demi ambisi karier, sehingga menuntut jam kerja fleksibel dan dukungan kesehatan mental.

Terkait jam kerja fleksibel, Gen Z menilai rapat berjam-jam atau agenda tatap muka yang terlalu sering kurang efisien. Mereka lebih suka jam kerja yang fleksibel agar bisa fokus bekerja dengan maksimal tanpa tekanan berlebihan.

Di samping itu, Gen Z juga memiliki pandangan bahwa perusahaan yang peduli pada kesehatan mental karyawan lebih layak dipertahankan. Harvard Business Review bahkan menyebut bahwa dukungan kesehatan mental merupakan fondasi penting dari budaya kerja yang sehat.

Editor: Bernadinus Adi Pramudita

award
SPSAwArDS