Cara Hino Dukung Pelestarian Badak di Indonesia

marketeers article
Seremoni Hino Pemberian camera trap, program CSR Hino

Akhir-akhir ini, media sosial diramaikan dengan berita matinya badak putih utara (Northern White Rhinocheros) di Kenya -Afrika bernama Sudan. Sudan adalah badak jantan terakhir di antara dua badak putih utara betina yang tersisa di seluruh dunia. Artinya, ketika Sudan mati maka spesies ini tidak bisa berkembangbiak alias punah. Menolak kejadian ini akan dialami oleh Badak Jawa, Hino sebagai pabrikan kendaraan komersial mendukung konservasi Badak Jawa di Ujung Kulon.

Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus) yang memliki ciri khas satu cula, merupakan spesies satwa yang dilindungi dan berstatus terancam punah (critically endangered species). Saat ini, hanya 67 ekor Badak Jawa yang tercatat masih hidup di Taman Nasional Ujung Kulon, satu-satunya habitat tempat tinggal Badak Jawa di seluruh dunia. Sangat disayangkan apabila satwa yang menjadi harta kekayaan dunia ini sampai punah.

Terancamnya populasi Badak Jawa disebabkan oleh beberapa faktor seperti penurunan kualitas genetic karena populasi yang kecil dan tunggal, ancaman wabah penyakit, ancaman terhadap kesediaan pangan, persaingan ruang dan pakan dengan banteng, habitat yang rentan dengan bencana alam dan perburuan.

Di samping itu, pertumbuhan populasi Badak Jawa sangat lambat karena lamanya waktu yang diperlukan untuk bereproduksi. Selain itu, Badak Jawa merupakan hewan yang sangat pemalu sehingga sulit untuk diobservasi secara langsung.

Kegiatan monitoring dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu dengan camera trap, identifikasi individu dengan pengukuran tapak, identifikasi individu dengan metode uji DNA dan monitoring kesehatan.

Konservasi Badak Jawa wajib dilakukan karena Badak Jawa memainkan peran yang penting dalam ekosistem. Badak merupakan spesies payung dalam ekosistem yang secara fungsi ekologis berperan sebagai penebar biji. Sebagai mamalia berperut tunggal (tidak memamah biak), makanan mereka tidak tercerna dengan sempurna sehingga biji tertinggal bersama feses dan menyebar di area tempat tinggal badak.

Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian Badak Jawa, Hino Indonesia bekerjasama dengan WWF – Indonesia untuk melakukan kegiatan konservasi Badak Jawa. Dukungan ini dilakukan dengan menyerahkan 15 unit camera trap kepada WWF – Indonesia. Di samping pemberian camera trap, program Corporate Social Responsibility (CSR) Hino Indonesia meliputi kegiatan monitoring dan studi bagi peneliti di lokasi.

“Badak Jawa ini merupakan salah satu kekayaan nasional Indonesia yang populasinya sangat sedikit yang harus dilestarikan habitatnya. Pemberian Camera Trap ini diharapkan dapat mendukung konservasi badak jawa melalui WWF – Indonesia,” ujar Kazushi Ehara, Presiden Direktur PT Hino Motors Manufacturing Indonesia dalam siaran resminya.

Camera Trap Hino Indonesia akan dipasang di wilayah bagian Barat Pegunungan Honje yang belum pernah terdata sebelumnya untuk mengetahui kehadiran populasi dan sebaran badak di wilayah tersebut. Terdapat kesaksian warga yang menyatakan bahwa mereka pernah melihat adanya jejak dan kotoran badak di wilayah tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian. Pemberian camera trap ini diharapkan dapat membantu WWF – Indonesia dalam melakukan kegiatan konservasi Badak Jawa.

“Kegiatan CSR Hino Indonesia adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan yang meliputi berbagai aspek seperti pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat, konservasi budaya, dan masih banyak lagi. Kerjasama kami dengan WWF Indonesia untuk kegiatan CSR telah berjalan lebih dari lima tahun,” imbuh Ehara.

Sebelumnya, Hino Indonesia pernah bekerjasama dengan WWF – Indonesia dalam program rehabilitasi terumbu karang di Pulau Badul, Ujung Kulon, Jawa Barat. Program tersebut dirancang agar sesuai dengan upaya WWF – Indonesia untuk menkonservasi badak bercula satu yang hampir punah karena perambahan habitat alami mereka oleh manusia.

Program ini telah membantu masyarakat setempat untuk menemukan sumber mata pencaharian lain yang lokasinya jauh dari hutan habitat Badak Jawa.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS