Cara Salon Musee Mengedukasi Pelanggannya

marketeers article

Lima tahun terakhir, hair removal telah menjadi tren di kalangan perempuan Indonesia. Untuk itu, Musee Platinum Tokyo sebagai salah satu salon hair removal yang berasal dari Jepang menangkap peluang untuk membuka gerai di Indonesia. Musee membawa teknologi Jepang, yaitu Flash Hair Removal yang berbeda dengan teknik yang sudah popular sebelumnya, seperti mencukur, waxing, dan laser yang masih meninggalkan rasa sakit. Musee menggunakan gel khusus yang dapat merontokkan bulu secara tuntas.

“Kami menemukan fakta, untuk melakukan hair removal di salon, perempuan harus membayar dengan harga yang mahal. Belum lagi mereka kadang menemukan staf penjualan yang memaksa. Didorong keinginan untuk menjadikan perempuan Indonesia tampil cantik dan percaya diri, Musee hadir dengan harga yang terjangkau tanpa membebankan perempuan,” ujar Takahashi, CEO Jin Corporation

Sejak awal, Musee berfokus pada perawatan hair removal saja tanpa perawatan lainnya. Misalnya, perawatan wajah. Hal ini menjadikan investasi Musee semakin kecil sehingga dapat memaksimalkan pelayanan ke pelanggan. Dalam hal servis, Musee memiliki Omotenashi Spirit, yaitu menempatkan pelanggan sebagai yang paling utama. Selain itu, Musee juga tidak memaksakan pelanggan untuk melakukan perawatan yang tidak diinginkan pelanggan. Jadi, Musee memastikan pelanggan mendapatkan perawatan yang benar-benar mereka butuhkan tanpa paksaan.

Konsultan kecantikan Musee dilatih secara profesional oleh trainer Musee berkualitas. Untuk konsultan kecantikan yang ada di gerai Musee Jakarta mendapatkan pelatihan langsung dari trainer yang didatangkan langsung sari Jepang untuk melatih dan melakukan transfer knowledge. Trainer dari Jepang tersebut sudah sejak Oktober 2014 lalu datang ke Indonesia untuk melatih staf Musee Jakarta, sebelum gerai di Mal Central Park resmi dibuka untuk umum pada Rabu (21/1/2015).

Walaupun peluang masih terbuka lebar dalam bisnis hair removal, Musee menghadapi tantangan tersendiri, khususnya mengedukasi masyarakat bahwa ada teknik menghilangkan rambut yang aman dan tanpa rasa sakit. Musee yang menyasar segmen perempuan muda, baik mereka yang bekerja maupun mahasiswi melakukan edukasi dengan memanfaatkan media sosial dan juga mengandalkan word of mouth.

“Salah satu cara edukasi perempuan Indonesia adalah menggandeng beauty blogger Stella Lee saat peluncuran Musee. Kami tahu Stella Lee memiliki banyak follower di jejaring sosialnya. Untuk itu, Stella Lee bisa merekomendasikan Musee kepada follower-nya,” kata Diana Kusuma, perwakilan Musee Platinum Indonesia.

Takahashi menambahkan, pelanggan Musee di Jepang adalah mereka yang berumur 24-25 tahun. Di Jepang, terdapat 700 ribu perempuan yang berusia 20-an dan 180 ribu dari mereka merupakan pelanggan Musee. Jadi, bisa dikatakan satu dari empat perempuan Jepang menggunakan Musee. Selain itu, pangsa pasar Musee di Jepang sebesar 50%.

Menurut Takahashi, tren perawatan hair removal yang diminati pelanggan berbeda tiap negara. Untuk negara muslim, lanjut Takahashi, perawatan hair removal yang menjadi unggulan adalah perawatan Bikini Line. Sedangkan di Hongkong adalah daerah di atas bibir. Untuk di Indonesia, Diana mengatakan perempuan Indonesia akan menyukai perawatan hair removal di daerah ketiak, kaki, kumis, dan tangan. Untuk perawatan bikini line mungkin belum banyak diminati karena sebagian dari mereka malu dan belum terbiasa melakukan perawatan hair removal di daerah tersebut.

Related

award
SPSAwArDS