Customer Gathering, Jaga Retensi Nasabah Prioritas Bank Bukopin

marketeers article

Menjaga loyalitas konsumen dinilai jauh lebih ekonomis dibandingkan mencari konsumen baru. Apalagi, di era sekarang ini, konsumen loyal menjadi investasi yang berharga bagi sebuah merek. Berbagai strategi pun dilakukan agar retensi konsumen, bahkan merekomendasikan merek tersebut ke masyarakat umum. Hal ini yang dilihat oleh Bank Bukopin setiap kali menggelar acara customer gathering.

“Acara customer gathering sering kami lakukan untuk menjaga kedekatan kami dengan mereka. Sebagai lembaga intermediasi, kami tidak hanya ingin menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kami ingin menjadi mitra bisnis nasabah dalam mengembangkan bisnisnya,” ujar Rivan Achmad Purwantono, Direktur Konsumen PT Bank Bukopin, Tbk.

Dalam acara ini, bukan hanya level manejerial menengah, jajaran direksi pun dinilai penting untuk menyapa langsung para nasabah. Pasalnya, pada saat ini, Bank Bukopin memiliki kesempatan untuk memberikan konsultasi, penyegaran terhadap produk-produk baru Bank Bukopin, menjaga kedekatan, bahkan meningkatkan nilai pelanggan.

“Semakin dekat konsumen maka semakin baik tingkat kepercayaan mereka terhadap kami. Ketika itu juga, tingkat utilisasi produk akan semakin baik. Kami mengukur setiap menggelar acara semacam ini, kami berhasil melakukan deepening, khususnya dalam mengakuisisi portofolio produk kami hingga 20% pada nasabah prioritas,” tambah Rivan.

Rivan menilai, nasabah prioritas ini sangat signifikan kontribusinya terhadap performa bisnis ritel Bank Bukopin. Ditambah, fokus Bank Bukopin terhadap bisnis ritel semakin besar. Direktur UMKM Bank Bukopin Heri Purwanto menyampaikan bahwa porsi bisnis ritel Bank Bukopin saat ini sudah mencapai 80%, sisanya datang dari nasabah korporasi.

“Baik itu pengelolaan dana atau penyaluran kredit, produk kami sudah banyak yang ditujukan ke nasabah ritel. Kondisi ini pun menjadi keuntungan bagi kami ketika kondisi ekonomi bergejolak,” ujar Heri.

Bagi Bank Bukopin, konsumen ritel dinilai lebih kuat ketika menghadapi gejolak ekonomi negara. Pasalnya, ketika tejadi gejolak ekonomi, dampak yang paling terasa datang dari konsumen korporasi.

“Konsumen ritel ini juga bisa menyelamatkan pertumbuhan bisnis kami yang ditargetkan 5%-10% di tengah sulitnya konsumen korporasi. Bisnis ritel sendiri, kami targetkan dapat tumbuh sekitar 10%-15% hingga akhir tahun 2019,” tutup Heri.

Related

award
SPSAwArDS