Demi Kelangsungan Bisnis, KAI Terus Lakukan Penyesuaian

marketeers article

Kondisi di industri transportasi sama seperti industri lainnya, mengalami banyak perubahan. Dari sisi operasional, ada banyak pengurangan perjalanan di tengah pandemi. Sehingga, jumlah penumpang pun mengalami penurunan karena adanya pembatasan dan penyesuaian operasional.

“Pada saat normal, daerah operasional Jakarta sebagai contoh, memiliki sekitar 71 perjalanan kereta api per harinya. Namun, kini berubah bahkan sempat diberlakukan pemberhentian total untuk perjalanan jarak jauh. Kini, sudah ada 19 perjalanan per harinya,” ujar Kepala Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Eva Chairunisa dalam acara Industry Roundtable yang digelar MarkPlus, Inc.

Meski sudah beroperasi kembali, angka 19 perjalanan ini pun belum mencapai 50% dari jumlah perjalanan per hari pada waktu normal. Sebagai operator penyedia transportasi publik, KAI menyadari ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan di era post normal. Mulai dari petugas dan pegawai kantor, penumpang dan layanan, hingga fasilitas stasiun juga tenant-tenant yang ada di stasiun.

Eva menjelaskan bahwa yang terpenting dari momentum saat ini adalah KAI mencoba menyempurnakan pemenuhan protokol pencegahan COVID-19. Dari dalam perusahaan sendiri, KAI mewajibkan self assessment selain pemeriksaan fisik pegawai. Hal itu mereka maksimalkan dengan penyediaan pos kesehatan yang juga difungsikan untuk pemeriksaan pegawai front liner di stasiun-stasiun besar.

Kemudian, dari sisi penumpang ada perubahan yang dilakukan jika dibandingkan dengan sebelum pandemi yaitu kewajiban penggunaan masker. Tidak hanya itu, KAI juga mengimbau penggunaan faceshield selama perjalanan.

Untuk memaksimalkan penerapannya, KAI pun membagikan faceshield gratis untuk penumpang yang harus digunakan dari stasiun keberangkatan hingga tujuan.

“Kami juga masih mengacu pada setiap aturan yang diterapkan pemerintah. Sehingga, sebelum melakukan perjalanan, penumpang wajib menunjukkan surat hasil tes kesehatan seperti rapid atau PCR,” imbuh Eva.

Untuk meningkatkan pemenuhan protokol, KAI menyediakan sarana cuci tangan di berbagai sudut stasiun serta menambahkan tanda social distancing. Tidak hanya itu, mereka juga menyiapkan fasilitas isolasi di stasiun dan kereta. Ada pula pembersihan setiap 30 menit sekali untuk perangkat-perangkat yang banyak disentuh seperti tombol-tombol di berbagai area.

Selain itu, KAI juga melakukan penyesuaian layanan mereka dengan memanfaatkan teknologi digital. Pemanfaatan teknologi ini dilakukan untuk memberikan infromasi kepada penumpang atau calon penumpang. Dan, terus mengembangkan aplikasi yang dihadirkan untuk mempermudah penumpang.

Selama pandemi ini, KAI juga menerapkan pembelian atau reservasi tiket secara online, baik melalui situs resmi atau agen yang telah bekerja sama dengan KAI. Hal ini menurut Eva juga menjadi wujud dari dukungan KAI untuk mendorong pembayaran nontunai yang menjadi salah satu program dari pemerintah pusat.

Eva menjelaskan bahwa cara ini bisa menjadi pilihan untuk terus digunakan ke depannya terlepas dari berakhirnya pandemi. Tidak hanya dari cara reservasi tiket saja, berbagai protokol yang saat ini ada juga bisa akan berlanjut penerapannya.

“Ini perlu dilakukan secara konsisten untuk kebaikan bersama. Sebab itu, kerja sama dari penumpang menjadi hal penting agar bisa tercapai keselarasan. Kami melihat, para pengguna jasa kereta api sejauh ini sangat kooperatif,” tutup Eva.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS