Di Balik Kesuksesan Merek Kecantikan Korea

marketeers article

Korea Selatan mampu menyebarkan demam hallyu alias budaya Korea ke berbagai belahan dunia, tak terkecuali Indonesia. Termasuk di dalamnya, tren kecantikan Korea Selatan begitu kuat pengaruhnya. Tak heran jika beberapa waktu belakangan, Indonesia kerap kedatangan pemain-pemain baru dari industri kecantikan Korea Selatan, termasuk Innisfree.

Brand kecantikan asal Negeri Ginseng yang berada di bawah naungan Amore Pacific ini nampak percaya diri menjajal peruntungan mereka di Indonesia. Innisfree menyusul sejumlah sister product mereka yang lebih dulu mencicipi manisnya kue kecantikan Indonesia, seperti Laneige, Sulwhasoo, dan Etude House. Sekadar informasi, Amore Pacific adalah Perusahaan perawatan kulit dan kosmetik terbesar di Korea Selatan. Toko mereka telah tersebar di berbagai negara, mulai dari Hong Kong, Jepang, Taiwan, India, Singapura, Australia, dan lainnya.

Hadir di Indonesia sejak tahun 2017, siapa sangka Innisfree tumbuh begitu cepat di pasar. Kesuksesan gerai pertama Innisfree di Central Park, Jakarta Barat menjadi gerbang bagi mereka untuk membuka tiga gerai offline lain. Kini, di pertengahan tahun kedua berdiri, Innisfree telah memiliki delapan gerai offline di wilayah Jakarta, Bandung, dan Serpong, sekaligus official online store di Shopee.

Pertumbuhan pesat Innisfree tak terlepas dari minat perempuan Indonesia yang kian tinggi terhadap produk kecantikan diiringi demam hallyu yang ada di tengah mereka. Lanskap bisnis kecantikan Indonesia kian menarik seiring dengan pertumbuhan minat masyarakat pada berbagai produk kecantikan yang hadir di pasaran.

43740149 – medical landscape of dental clinic

Perkembangan sektor kosmetika dan kecantikan di wilayah Korea Selatan dan Indonesia memang telah diproyeksikan bakal tumbuh potensial. Euromonitor memproyeksi, hingga 2018, Korea Selatan akan menjadi negara dengan pertumbuhan rata-rata tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) di kategori other facial make-up terkuat dibandingkan negara Asia Pasifik lain. Padahal, Asia Pasifik saja merupakan kawasan dengan pertumbuhan tertinggi dibandingkan kawasan lain. Pasar facial make-up Korea Selatan diproyeksi tumbuh 18% per tahun, melampaui Asia Pasifik yang berkisar 13% per tahun. Sementara Indonesia berada di posisi ke-empat di kawasan Asia Pasifik atau posisi kedua di antara negara ASEAN lain dengan angka pertumbuhan mendekati 10%.

Tidak hanya itu, Euromonitor menemukan CAGR produk kosmetik dan personal care di Indonesia pada 2011-2015 berada di kisaran 15% dengan nilai pasar sebesar Rp 58,3 triliun. Sementara pasar skin care pada 2015 bernilai Rp 20,9 triliun dengan CAGR 22%. Bahkan, Euromonitor memprediksi, pasar industri kecantikan Indonesia akan mengalami pertumbuhan terbesar dibandingkan negara Asia Tenggara lain pada 2020.

 

“Konsumen Indonesia juga didominasi oleh kalangan yang lebih muda dibandingkan Korea Selatan. Pasar ini memiliki pertumbuhan customer yang potensial karena mayoritas merupakan kalangan muda yang juga menjadi target market Innisfree. Perempuan dengan usia 24-25 tahun sangat banyak di sini, tidak seperti Korea atau Jepang,” ungkap Brand General Manager Innisfree Mark Hwang.

Adanya pengaruh K-Pop, K-Drama, dan brand ambassador turut menginspirasi konsumen Indonesia untuk memiliki kulit yang bersih dan sehat. Wulandari Fajarriani, Marketing & PR Executive innisfree Indonesia mengatakan, ini yang menyebabkan tren ’10-steps Korean Skincare’ dan ‘No Makeup-Makeup Look’ kian popular. Produk yang dipasarkan di Indonesia, termasuk cara pemasaran yang dipilih pun tak jauh dari tren tersebut. Namun, memang persoalan penyesuaian dengan local culture tak bisa untuk diabaikan.

Tantangannya, konsumen muda di Indonesia begitu cepat dalam mengadopsi perubahan tren yang terjadi. “Pada akhirnya, brand kecantikan di sini harus memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan secara cepat, termasuk changing promotion setiap bulan. Berikan strong message dan pastikan brand dapat membangun environment yang menyenangkan bagi customer,” ungkap Mark.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS