Diselimuti Mitos, Kedelai Justru Bermanfaat untuk Kesehatan Tubuh

profile photo reporter Ellyta Rahma
EllytaRahma
28 September 2020
marketeers article
Glass with Soy Milk and Seeds on wooden background

Tren makanan dan minuman terus berkembang. Apalagi dengan dorongan diversifikasi pangan yang digalakkan mulai dari komunitas, organisasi, hingga beberapa pemerintah negara di dunia. Diversifikasi pangan ditujukan untuk pemenuhan gizi seimbang, meratakan perbaikan gizi, sekaligus menjaga ketersediaan bahan pangan.

Kedelai menjadi salah satu bahan pangan yang menjadi pilihan diversifikasi pangan. Terutama, untuk mereka yang tidak bisa mengonsumsi produk dairy akibat alergi atau berganti gaya konsumsi menjadi vegetarian.

“Namun, banyak informasi dan mitos negatif yang beredar tentang konsumsi kedelai. Bahayanya, informasi itu tidak disertai bukti ilmiah yang valid sehingga membentuk persepsi negatif terhadap kedelai,” kata Rimbawan, Ahli Gizi Departemen Gizi Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Rimbawan mengatakan setidaknya ada sepuluh mitos terhadap konsumsi kedelai dan produk turunanya. Namun yang paling banyak di percaya adalah kedelai dapat memicu kanker, mempengaruhi tingkat kesuburan, kesehatan jantung dan tulang, meningkatkan asam urat, dan mempengaruhi gangguan menopause.

Padahal jika dipahami lebih lanjut, kandungan kedelai justru sangat baik terhadap kesehatan. Rimbawan menjelaskan dari sisi kandungan gizi makro, kedelai justru memiliki karbohidrat, protein, dan lemak yang jauh lebih baik dari pangan berbahan dasar hewani.

“Karbohidrat dalam kedelai saja memiliki Indeks Glikemi (GI) yang rendah. GI merupakan ukuran bagaimana pangan dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah. Dengan demikian nilai GI kedelai yang rendah menjadikan kedelai bisa dijadikan pangan alternatif penderita diabetes dan orang yang sedang mengontrol berat badan,” paparnya.

Sementara itu dari sisi kandungan protein, pangan yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini mengandung 36-56% protein dari berat keringnya. Protein kedelai termasuk kualitas baik karena tidak didampingi dengan kandungan lemak hewani. Hal ini menyebabkan konsumsi protein kedelai bisa menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh.

Manfaat ini tentu harus dibarengi dengan cara pengolahan yang baik pula. Contohnya dengan tidak mengolahnya dengan cara digoreng, tapi dikukus atau direbus agar kedelai tidak jadi mengandung lemak jenuh atau kehilangan kandungan gizi karena tingkat panas berlebih saat mengolah.

“Pada dasarnya semua bahan pangan baik jika dikonsumsi sesuai kebutuhan dan diolah dengan cara yang benar. Selain itu, pastikan pengecekan kandungan pangan sebelum mengonsumsi dan tidak langsung percaya terhadap suatu informasi jika tidak disertai sumber fakta yang valid. Nyatanya, kandungan kedelai yang sebenarnya justru berseberangan dengan mitos yang beredar di konsumen,” tutup Rimbawan.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related

award
SPSAwArDS