Ekonomi Indonesia Diproyeksi Lampaui Turki Hingga Jerman

marketeers article
Portrait of a young woman pulling a flag of indonesia, shot outdoors

Indonesia diproyeksi bakal menjadi negara dengan perekonomian keempat terbesar di dunia pada tahun 2030. Proyeksi jangka panjang yang dirilis Standard Chartered Plc, ini menunjukkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bakal melampaui PDB Turki hingga Jerman.

Nilai PDB Indonesia pada 2030 diprediksi mencapai US$ 10,1 triliun, melampaui Turki (US$ 9,1 triliun), Brasil (US$ 8,6 triliun), Mesir (US$8,2 triliun), Rusia (US$ 7,9 triliun), Jepang (US$ 7,2 triliun), dan Jerman (US$ 6,9 triliun).

Indonesia bakal berada diposisi ke-empat, menyusul China (US$ 64,2 triliun) yang berada di posisi pertama, India (US$ 46,3 triliun), dan Amerika Serikat (US$ 31 triliun).

Di satu sisi, sektor manufaktur memegang peranan penting dalam tercapai atau tidaknya proyeksi ini. Pasalnya,  sektor industri pengolahan nonmigas berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian pada periode 2015-2018 mengalami kinerja positif dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,87%. Industri pengolahan nonmigas masih menjadi sektor yang berkontribusi paling besar terhadap PDB nasional, dengan setoran hingga 17,66% pada tahun 2018.

“Pada tahun 2015, sektor industri pengolahan nonmigas menyumbang sebesar Rp 2.098,1 triliun terhadap PDB nasional, meningkat menjadi Rp 2.555,8 triliun pada tahun 2018 atau setara dengan 21,8 persen,” ungkap Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Ngakan Timur Antara di Jakarta, Rabu (09/01/2019).

Sebelumnya, data Trading Economics pada kuartal III tahun 2018 menunjukkan, PDB Indonesia yang berasal dari industri manufaktur mencapai US$ 39,7 miliar.

PDB sektor manufaktur Indonesia memiliki jumlah terbesar di kawasan Asean disusul Thailand (US$ 22,5 miliar), Malaysia (US$ 17,2 miliar), Singapura (US$ 16 miliar), Vietnam (US$ 8,2 miliar), Filipina (US$ 8,2 miliar), Kamboja (US$ 2,8 miliar), Laos (US$ 1,1 miliar), dan Brunei Darussalam (US$ 0,5 miliar).

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS