Empat Diferensiasi Produk FWD Life Hadapi Ancaman Kanker

profile photo reporter Ellyta Rahma
EllytaRahma
09 September 2020
marketeers article

Kanker digolongkan sebagai penyakit kritis yang membutuhkan proses penyembuhan yang panjang dan biaya yang besar. Akibatnya, pasien yang terdiagnosis kerap kesulitan memenuhi syarat penyembuhan. Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Reskesdas) 2018 menunjukkan bahwa prevalensi kanker sebesar 1,79 per 1.000 penduduk. Angka ini naik dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013.

“Angka prevalensi yang naik menunjukkan bahwa risiko kanker di Indonesia semakin meningkat. Kami melihat juga peningkatan kebutuhan perlindungan penyakit kanker,” kata Anantharaman Sridharan, Presiden Direktur FWD Life.

Melihat peluang ini, perusahaan asuransi digital FWD Life kemudian memperkenalkan FWD Cancer Protection. Anantha mengatakan memang sudah banyak produk asuransi perlindungan penyakit kanker di Indonesia. Untuk itu, Ia mendorong produknya lewat empat strategi diferensiasi.

Pertama, FWD Life menawarkan kemampuan pengajuan daring melalui laman e-commerce iFWD.co.id. Kedua, produk asuransi ini memiliki premi terjangkau mulai dari Rp 10.000, Ketiga, FWD Cancer Protection memiliki nilai pertanggungan hingga Rp 500 juta, dan keempat adalah proses klaim daring melalui fitur e-Services di aplikasi FWD MAX.

“Dalam proses pengajuan pun mudah dengan hanya menjawab tiga pertanyaan kesehatan dan kecepatan penyerahan e-Policy di hari yang sama setelah pembelian,” tambah Anantha.

Dilanjutkan, Anantha berpendapat bahwa dengan menawarkan kemudahan dan harga terjangkau, maka kesadaran masyarakat untuk mulai melindungi diri dari beban keuangan tidak terduga bisa meningkat. Selama ini, rendahnya penetrasi asuransi disebabkan oleh rendahnya literasi keuangan dan persepsi bahwa produk perlindungan merupakan barang mahal. Untuk itu, produk ini menjadi inovasi sekaligus cara FWD Life untuk memperluas penetrasi pasar perlindungan kesehatan di Indonesia.

Uniknya, meskipun dipasarkan secara digital, FWD Life tidak benar-benar menargetkan produk perlindungan ini pada generasi digital native. Menurut Anantha, kini penetrasi digital di Indonesia sudah semakin luas dan tidak terbatas umur.

“Secara demografi, kami memang mendorong anak muda di Indonesia untuk mulai mengelola keuangannya sejak muda. Namun tidak berarti layanan digital ini dikhususkan untuk mereka. Justru karena digital, cakupan pasar akan jauh lebih besar,” pungkasnya.

Editor: Ramadhan Triwijanarko

Related

award
SPSAwArDS