Barangkali Anda sudah tak asing dengan antrean mengular di sejumlah toko mainan, seperti Labubu, yang didominasi oleh orang dewasa, termasuk Gen Z. Fenomena ini rupanya dikenal sebagai kidulting, yang merupakan gabungan dari kata kid dan adult.
India Today mendefinisikan kidulting sebagai gaya hidup orang dewasa yang masih menyukai barang, hobi, atau kegiatan yang lazimnya dikaitkan dengan anak-anak. Ini bisa berupa bermain Lego, mengoleksi action figure, boneka karakter anime, dan sebagainya.
Fenomena ini bukan sekadar nostalgia semata, tapi juga menjadi cara generasi muda melepas stres dan mendapa kenyamanan di tengah tekanan hidup modern. Ini karena Gen Z umumnya tumbuh bersama perkembangan teknologi dan krisis global yang silih berganti.
BACA JUGA: Miris, Studi Ungkap Gen Z Kini Pilih jadi NEET
Dalam situasi seperti ini, banyak dari mereka mencari pelarian lewat hal-hal yang memberi rasa aman dan akrab, salah satunya mainan. Ini sejalan dengan temuan NPD Group yang menyebut 25% pendapatan industri mainan di Amerika Serikat pada 2022 berasal dari konsumen dewasa.
Di antara konsumen dewasa itu, Gen Z menjadi kelompok yang paling aktif. Banyak dari mereka tak ragu mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk membeli action figure langka, khususnya yang berkaitan dengan karakter-karakter nostalgia seperti Hello Kitty.
Alasan di Balik Tren Kidulting
Salah satu alasan Gen Z tertarik pada mainan adalah karena itu membangkitkan kenangan akan masa kecil yang menyenangkan dan bebas dari beban. Saat kehidupan dewasa penuh tekanan, kembali ke hal-hal sederhana yang membawa rasa bahagia dianggap sebagai bentuk terapi emosional yang efektif.
BACA JUGA: Simak Alasan Mengapa Literasi Keuangan Penting bagi Gen Z
Selain itu, mainan juga bisa menjadi sarana ekspresi diri. Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat peduli dengan keaslian dan nilai personal, sehingga mereka tidak segan menunjukkan koleksi mainan favorit mereka di media sosial sebagai bagian dari identitas mereka.
Di sisi lain, beberapa jenis mainan memiliki nilai ekonomi tinggi dan menjadi barang koleksi yang langka. Hal ini membuat mainan tak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga aset berharga yang bisa dikoleksi dan bahkan dijual kembali dengan harga tinggi.
Dengan maraknya fenomena kidulting, brand besar pun mulai mengarahkan strategi pemasaran mereka ke kelompok usia dewasa muda. Contohnya saja, perusahaan seperti Bandai dan Mattel yang kini menciptakan lini produk eksklusif dengan menyasar kolektor dewasa.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita