Di tengah meningkatnya kasus kelelahan kerja (burnout) dan menurunnya produktivitas tenaga kerja, muncul tren baru yang patut diwaspadai para pencari kerja, terutama fresh graduate alias lulusan baru. Tren yang dimaksud adalah octo-hire.
Forbes mendefinisikan octo-hire sebagai kondisi di mana seorang karyawan harus menanggung beban kerja yang setara berbagai peran sekaligus dengan waktu, energi, dan sumber daya terbatas. Jika dibiarkan, situasi ini bisa berujung pada kelelahan fisik dan mental.
Banyak lulusan baru menjadi korban octo-hire setelah menerima tawaran kerja yang tampak menarik di awal.
Padahal, posisi tersebut menyimpan beban kerja yang jauh lebih besar dari deskripsi awal.
Hal ini biasanya terjadi karena proses rekrutmen tidak transparan, atau bahkan menyesatkan. Sehingga, calon karyawan tidak mendapatkan gambaran jelas mengenai tanggung jawab yang sebenarnya.
Akibatnya, para karyawan baru mengalami apa yang disebut sebagai shift shock. Ini merupakan rasa kecewa dan frustrasi setelah menyadari bahwa pekerjaan yang diterima ternyata jauh dari ekspektasi.
BACA JUGA: Strategi untuk Mencegah Rasa Kesepian saat Kerja Remote
Beberapa contoh umum dari fenomena ini, antara lain desainer grafis yang merangkap sebagai penulis konten media sosial perusahaan. Atau, staf pemasaran yang sekaligus menulis blog dan menangani komunikasi perusahaan.
Menurut Josh Millet, CEO Criteria, fenomena ini terjadi karena ada ketidakcocokan antara latar belakang pendidikan lulusan baru dan kebutuhan pasar kerja. Di satu sisi, banyak perusahaan kesulitan mencari kandidat yang sesuai.
“Di sisi lain, banyak lulusan baru kesulitan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan bidang studi mereka. Akibatnya, muncul ketidakpuasan dari kedua belah pihak,” ujar Josh Millet, dikutip Sabtu (8/6/2025).
Selain itu, laporan dari Glassdoor menunjukkan bahwa penyebutan kata “burnout” dalam ulasan karyawan meningkat hingga 32%, angka tertinggi dalam satu dekade terakhir. Ini membuktikan bahwa beban kerja berlebih sudah menjadi hal yang lumrah.
BACA JUGA: Conscious Unbossing di Kalangan Gen Z Jadi Tantangan Baru Dunia Kerja
Cara Menghindari Perangkap Octo-Hire
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar tidak terjebak dalam posisi overwork seperti ini:
1. Tanyakan Soal Gaji Sejak Awal
Banyak lowongan kerja yang tidak mencantumkan kisaran gaji. Padahal, menurut survei Resume.io, 78% pencari kerja cenderung tidak melamar jika informasi gaji tidak tersedia.
2. Perhatikan Red Flag
Frasa seperti “harus bisa multitasking” dalam deskripsi pekerjaan bisa menjadi tanda peringatan. Begitu pula jika banyak karyawan keluar setelah Anda diterima bekerja.
3. Lakukan Riset
Telusuri reputasi perusahaan melalui situs seperti LinkedIn. Lihat nilai-nilai yang mereka usung, tingkat retensi karyawan, dan ulasan dari mantan maupun karyawan saat ini.
4. Tegas saat Wawancara
Ajukan pertanyaan mendetail mengenai deskripsi pekerjaan, ekspektasi, serta indikator keberhasilan.
Sikap ini menunjukkan bahwa Anda tahu apa yang Anda inginkan dan bisa menjadi nilai tambah di mata perekrut.
Langkah yang Perlu Diambil jika Terlanjur Menjadi Octo-Hire
Jika Anda sudah terjebak dalam peran ini, jangan buru-buru resign.
Data memang menunjukkan bahwa 80% orang merasa tidak apa-apa keluar sebelum enam bulan jika pekerjaan tidak sesuai ekspektasi, namun lebih bijak untuk mencoba solusi berikut terlebih dahulu:
1. Negosiasi Ulang Peran atau Gaji
Tanyakan apakah tanggung jawab tambahan ini bersifat permanen, dan apakah ada kompensasi yang sesuai.
2. Tetapkan Ekspektasi yang Realistis
Jelaskan batasan Anda agar tidak kelelahan secara berkepanjangan.
3. Catat semua perubahan
Simpan bukti tertulis terkait penyesuaian tanggung jawab, gaji, maupun jabatan untuk menjaga hak Anda sebagai karyawan.
Editor: Eric Iskandarsjah Z