Geliat Ekonomi Bandung Tetap Terlihat Meski Dilanda Pandemi

marketeers article

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat menyebutkan, ekonomi (PDRB) Provinsi Jabar pada tahun 2020 masih negatif akibat terdampak pandemi Covid-19. Dyah Anugrah, Kepala BPS Provinsi Jabar mengatakan ekonomi Jawa Barat tahun 2020 terkontraksi 2,44% atau menurun dibandingkan tahun 2019 yang mencapai tumbuh 5,07%.

“Pertumbuhan ekonomi Jabar pada tahun 2020 tercatat minus 2,44%. Namun, pada triwulan empat 2020 sudah menunjukkan adanya tren positif,” ucap Dyah dalam laman Jabarprov.

Tren positif ini terlihat pada beberapa aspek, antara lain: destinasi wisata, aktivitas outdoor, kuliner, hingga hobi baru seperti home workout, pemeliharaan ikan cupang, dan berkebun. Hobi-hobi yang sebelumnya tidak dilirik kini berubah menjadi peluang usaha karena minat dan permintaan pasar yang semakin tinggi. Salah satu contohnya adalah bisnis ikan cupang. “Meski awalnya terlihat tidak menarik, namun siapa sangka bisnis cupang malah banyak berkembang dan peminatnya besar di masa pandemi ini,” kata Endah Asih L, Jurnalis Pikiran Rakyat dalam sesi virtual di Marketeers iClub Bandung.

Geliat tren ekonomi di masa pandemi ini terlihat dari tetap bermunculannya beberapa nama kafe baru di beberapa titik di daerah Bandung yang bukan merupakan lokasi pusat perekomonian. Contohnya, bisnis kuliner malah bermunculan di beberapa daerah di pinggiran Bandung, seperti Bober Backyard di daerah Cimenyan, DE.U di Jalan Dipatiukur, dan beberapa coffee shop baru di area Pasar Kosambi hingga The Herbal House.

“Kita dapat menemukan hidden gems. Banyak sekali tempat-tempat baru bahkan di lokasi yang berada di tengah pasar atau di belakang rumah-rumah warga, dan lokasinya sangat tak terduga,” ungkap Endah.

Pandemi yang sudah berlangsung hampir satu setengah tahun ini tidak memudarkan semangat para milenial kota Bandung. Mereka tetap mencari cara untuk tetap bertahan di tengah masa sulit ini. Berbekal ketrampilan beradaptasi dan berinovasi, para milenial mampu terus berkreasi dan menciptakan ide yang unik guna menggali potensi peluang bisnis untuk mendorong roda perekonomian Kota Bandung.

“Tren di Kota Bandung selama pandemi ini cukup terlihat. Kaum milenial dapat cepat beradaptasi, berinovasi, dan juga berkolaborasi. Yang selanjutnya, ketiganya dielaborasi hingga memunculkan konsep yang unik, menarik, dan out of the box,” kata Endah.

Milenial Bandung juga mengusung konsep real testimony sebagai cara mereka mempromosikan usaha baru mereka. Bukan hanya usaha dalam hal kuliner, banyak pula lokasi wisata baru yang menjadi ramai di masa pandemi ini. Melalui media sosial dan jaringan pertemanan, para pelaku bisnis itu berhasil menarik minat konsumen untuk berkunjung ke tempat mereka.

“Bandung memang tidak terlalu luas, jadi circle-nya terbaca. Circle pertemanannya bisa dikelompokan. Work of mouth dari circle-circle pertemanan dan komunitas ini sangat penting buat keberlangsungan usaha, untuk membantu pemasaran,” kata Endah.

Peran komunitas-komunitas di kota Bandung juga patut diperhitungkan. Meskipun jumlahnya tidak sebesar di Jakarta, namun komunitas di Bandung memiliki keeratan tersendiri dan terus berkembang hingga saat ini. Hal itu juga dapat digunakan untuk menjaring lebih banyak pengunjung di tempat-tempat wisata, baik kuliner maupun wisata alam.

Related

award
SPSAwArDS