Para pekerja muda, khususnya Gen Z, mulai mengubah pandangan terhadap masa pensiun. Bagi mereka, pensiun bukan berarti berhenti total dari dunia kerja, melainkan fase baru untuk tetap produktif dengan cara yang lebih fleksibel. Konsep ini kini dikenal sebagai flextirement.
Menurut survei terbaru dari HireClix, 80% konsumen di Amerika Serikat (AS) berencana untuk tetap bekerja dalam kapasitas tertentu setelah usia pensiun. Menariknya, tren ini justru paling tinggi di kalangan generasi muda, yakni 90% di antaranya adalah Gen Z.
Neil Costa, CEO HireClix, menjelaskan bahwa sejak awal terjun ke dunia kerja, Gen Z memang telah menunjukkan preferensi pada fleksibilitas, otonomi, dan makna dalam pekerjaan. Jadi, tak heran jika mereka menilai pensiun sebagai kesempatan untuk bekerja dengan ritme sendiri.
BACA JUGA: Fresh Graduate Perlu Waspadai Octo-Hire, Tren Karier yang Picu Burnout
“Hampir separuh responden survei mengaku khawatir pensiun total akan membuat hidup terasa hampa atau kehilangan makna. Bekerja sebagian waktu menjadi solusi untuk tetap merasa berguna dan mempertahankan identitas diri yang selama ini terbangun dari pekerjaan,” jelasnya, dikutip dari Forbes, Rabu (11/6/2025).
Costa menyebut faktor ekonomi juga menjadi salah satu pendorong tren flextirement. Sebanyak 64% responden mengaku khawatir tak mampu membiayai kebutuhan hidup sehari-hari saat pensiun, bahkan 48% dari mereka yang sebelumnya berencana pensiun dalam 5–10 tahun ke depan kini mempertimbangkan ulang rencana tersebut.
Costa sendiri menilai flextirement sebagai strategi talenta yang memberi keuntungan bagi semua pihak. Bagi perusahaan, ini merupakan cara menjaga agar talenta berpengalaman tidak langsung hilang begitu saja, serta mendukung transisi bertahap dalam perencanaan suksesi.
BACA JUGA: Strategi untuk Mencegah Rasa Kesepian saat Kerja Remote
Meski menjanjikan, ia mengingatkan pentingnya perencanaan matang agar program flextirement tidak gagal. Tanpa komunikasi yang jelas dan keselarasan dengan nilai perusahaan, potensi manfaatnya bisa hilang.
“Percakapan tentang flextirement sebaiknya dimulai jauh sebelum karyawan mencapai usia pensiun,” saran Costa.
Ia juga menekankan pentingnya merancang peran baru yang bermakna dan relevan bagi karyawan senior. Dengan begitu, mereka tetap merasa dihargai dan mampu berkontribusi, tanpa harus kembali ke pola kerja penuh waktu yang melelahkan.
Editor: Bernadinus Adi Pramudita