Gen Z Mulai Banyak Pakai Fintech, Literasi dan Kolaborasi Jadi Kunci

marketeers article
Gen Z Mulai Banyak Pakai Fintech, Literasi dan Kolaborasi Jadi Kunci (FOTO: Marketeers/Bernad)

Fintech di Indonesia mengalami kemajuan pesat, terutama di kalangan generasi muda seperti Gen Z dan Millennial. Berdasarkan data dari Lokadata.id, sekitar 78% masyarakat Indonesia menggunakan aplikasi fintech setiap hari, yang mencakup dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran. Layanan Buy Now Pay Later (BNPL) menjadi salah satu yang paling populer, digunakan oleh 67% pengguna fintech.

Namun, literasi keuangan masih menjadi tantangan, dengan hanya 32% Gen Z yang memahami konsep bank digital dan perlindungan data pribadi. Selain itu, meski layanan BNPL menunjukkan pertumbuhan pesat, risiko gagal bayar tetap menjadi perhatian.

Data OJK menunjukkan peningkatan pembiayaan konsumtif melalui BNPL hingga 89,2% pada 2024, namun Non-Performing Financing (NPF) tetap terkendali di angka 2,52%.

“Fintech harus terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, namun tidak boleh lepas dari tanggung jawab untuk menjaga ekosistem keuangan yang sehat. Kita perlu memahami arah perilaku konsumen bergerak dan memastikan bahwa setiap inovasi tidak hanya menawarkan kemudahan, tetapi juga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” kata Suwandi Ahmad, Chief Data Officer Lokadata.id dalam diskusi GDP Power Lunch di Jakarta, Rabu (9/10/2024).

BACA JUGA: Manfaatkan AI, STB Lanjutkan Kemitraan Strategis dengan GDP Venture

Iwan Dewanto, Direktur PT Indodana Multi Finance, menekankan pentingnya menjaga keseimbangan dengan memberikan batasan kredit yang disesuaikan dengan pendapatan pengguna.

Menurutnya, kolaborasi antara regulator, penyedia layanan, merchant, asosiasi, dan konsumen sangat penting untuk menciptakan ekosistem fintech yang sehat.

“BNPL menjadi game changer di kalangan anak muda karena memberikan fleksibilitas dalam berbelanja. Namun, ada kebutuhan untuk meningkatkan literasi keuangan agar mereka tidak terjebak dalam hutang yang berlebihan,” katanya.

Meski begitu, berbagai kemudahan digitalisasi ini justru memunculkan beberapa kekhawatiran, di antaranya doom spending, yaitu perilaku konsumtif yang impulsif. Belum lagi, hal-hal terkait literasi keuangan.

BACA JUGA: 7 Langkah Efektif Memulai Bisnis Fintech yang Sukses

Meski fintech menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, terdapat kekhawatiran terkait risiko gagal bayar. Data dari OJK menunjukkan bahwa pembiayaan konsumtif melalui skema BNPL melonjak hingga 89,20% yoy (year-on-year) dengan nilai mencapai Rp 7,99 triliun pada Agustus 2024. 

Di sisi lain, Albert Kurniawan, Head of Growth & Acquisition PT Bank Digital BCA, menganggap fintech bukan pesaing bagi bank konvensional, melainkan mitra dalam mendorong inklusi keuangan.

“Kami di Blu by BCA tidak melihat fintech sebagai pesaing bagi bank konvensional, tetapi lebih sebagai mitra dalam mendorong inklusi keuangan. Kolaborasi antara fintech, bank digital, dan institusi keuangan lainnya sangat penting untuk membangun ekosistem yang sehat di Indonesia,” pungkasnya.

Editor: Muhammad Perkasa Al Hafiz

Related

award
SPSAwArDS