Giliran Seoul Berharap Turis dari Jakarta

marketeers article

Seoul, ibu kota Korea Selatan tak mau melewatkan demam leisure economy yang tengah melanda Indonesia dan negara Asia Tenggara lain. Sebuah pameran pariwisata pun digelar di Jakarta baru-baru ini. Langkah tersebut dilakukan untuk mengimbagi dominasi turis China ke Negeri Gingseng tersebut.

Pasalnya, turis Tiongkok yang mengunjungi Korea Selatan (Korsel), termasuk Seoul, mengalami penurunan tajam pada tahun 2017. Tahun lalu, turis China yang melancong ke Korsel hanya setengah dari tahun sebelumnya, Secara keseluruhan, jumlah turis turun 23% atau berkurang 3 juta orang pada tahun 2017 ketimbang tahun 2016.

Pameran bertema 2018 Live Seoul Play Ground in Jakarta berlangsung sejak 16-19 Agustus di West Mall Grand Indonesia. Pameran ini bertujuan memberikan informasi yang tepat mengenai destinasi-destinasi menarik tentang kota berpenduduk hampir 10 juta jiwa ini kepada warga Jakarta.

“Pameran dikemas dengan menarik, termasuk VR Seoul Tour di mana pengunjung bisa melihat destinasi favorit di Seoul menggunakan teknologi virtual reality,” papar Wakil Walikota Seoul, Yoon Joon-byeong, saat ditemui Marketeers, Minggu, (19/8/2018).

Salah satu yang juga menarik adalah With Seoul, sebuah instalasi foto dengan latar belakang kota Seoul dimana pengunjung bisa berfoto dengan manekin bintang Kpop kenamaan, BTS. Asal tahu saja, BTS merupakan brand ambassador untuk pariwisata Seoul.

Yoon mengakui bahwa sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, makanan halal menjadi perhatian besar bagi para calon wisatawan asal Indonesia. Karena itu, Pemerintah Kota Seoul telah berusaha menambah jumlah restoran halal di kota itu, dari 88 restoran pada tahun 2017 menjadi 100 restoran pada tahun ini.

“Jumlah itu akan terus bertambah karena kami berusaha mengakomodasi seluruh kebutuhan wisatawan asal Indonesia,” papar dia. Secara total, Korsel memiliki lebih dari 230 restoran muslim-friendly di seantero negaranya.

Sayang, Yoon tak bisa merinci berapa banyak jumlah wisatawan asal Indonesia yang mereka targetkan. Hanya saja, pada semester pertama tahun ini, jumlah turis yang berkunjung ke Seoul mencapai 5,37 juta, naik 7,6% dari pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara, rekor tertinggi menyentuh 13 juta orang mengunjungi Korea Selatan pada tahun 2016.

Wakil Walikota Seoul Yoon Joon-byeong saat mengunjungi pameran 2018 Live Seoul Play Ground in Jakarta, di Grand Indonesa Shopping Town, Minggu (19/8/2018)

“Dengan menawarkan wisata kota Seoul ke negara berpenduduk terbesar, kami harap jumlah wisatawan pada tahun ini meningkat, melebihi rekor dua tahun lalu. Secara total, pengingkatan turis tahun ini mencapai 9,5%,” papar dia lagi.

Beberapa tahun terakhir Korsel memang fokus menggaet turis muslim. Negara yang hanya memiliki delapan mesjid ini menargetkan meraih 1,2 juta turis muslim pada tahun lalu, meningkat 22% dari tahun sebelumnya. 

Berdasarkan catatan Korea Tourism Organization (KTO) seperti dikutip dari Forbes, pada tahun 2017, sebanyak 20% dan 25% turis muslim yang ada di Korsel berasal dari Kazakhstan dan Iran. Sementara Uzbek dan negara-negara Timur Tengah menyumbang 8%, sedangkan Pakistan 4,5%.

Dua negara dengan dominasi penganut Islam terbanyak, Indonesia dan Malaysia, hanya bisa memberikan 2%. Sebaliknya, China memboyong 5,6 juta warganya ke Korsel alias 49% dari total wisman negeri ini pada tahun lalu.

Dengan meningkatkan jumlah turis muslim ke negara pemimun alkohol terbanyak ini, Korea berharap mampu menjaga stabilitas industri pariwisata yang tengah dirudung konflik geopolitik antara Amerika Serikat dan Korea Utara. Ketegangan itu mempengaruhi turis China untuk bertamu.

Di sisi lain, berdasarkan riset Thompson-Reutrs Report 2014, palancong muslim menghabiskan US$ 142 miliar untuk traveling (di luar biaya haji) selama setahun. Jumlah ini hampir menggungguli rerata pengeluaran turis Amerika setahun yang mencapai US$ 143 miliar, dan China US$ 160 miliar. Hal itu mempengaruhi keputusan Korsel untuk terus menarik wisman muslim hingga tahun-tahun mendatang.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

 

 

Related

award
SPSAwArDS