GKR Hayu: Berkontribusi pada Negara Bisa dengan Cara Sederhana

marketeers article
Two hands helping another

Pada era yang modern ini, arus globalisasi semakin kuat. Hal ini ditandai dengan banyaknya produk hingga kebudayaan luar negeri yang masuk, sehingga mempengaruhi kebudayaan lokal. Belum lagi banyaknya konflik antarras budaya, ideologi, dan lain semacamnya yang akhirnya mengancam  nilai-nilai nasionalisme. Untuk itu, diperlukan sosok-sosok yang bisa memberikan arahan sekaligus menjadi panutan bagi masyarakat Indonesia di zaman ini agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme.

Menjawab hal tersebut, Marketeers melalui MarketeersTV menghadirkan program Sosok Merah Putih dalam rangka menyambut Hari Raya Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 76 tahun. Program ini menghadirkan berbagai tokoh dari latar belakang yang berbeda untuk saling berbagi kisah.

Sosok yang hadir kali ini adalah Gusti Kanjeng Ratu Hayu atau yang akrab disapa Gusti Hayu. Beliau adalah putri dari Sri Sultan Hamengkubuwono X. Saat ini, Gusti Hayu menjabat sebagai Penghageng Tepas Tandhayekti Keraton, divisi di Keraton yang bertugas menangani urusan IT dan dokumentasi.

Menurut Gusti Hayu,  nasionalisme adalah sebuah human nature suatu masyarakat atau bangsa  yang ingin mempertahankan kedaulatan. Lebih dari itu, juga bermakna mempertahankan budaya dan jati diri bangsa tersebut dari paham-paham luar.

“Nasionalisme ini adalah salah satu human nature yang mana kita pasti akan bersatu kalau ada musuh bersama. Walaupun kita berbeda-beda suku, ras, budaya, pasti akan bersatu untuk menjaga negara kita. Itu yang harus kita jaga di zaman ini,” jelas GKR Hayu.

Selain itu, GKR Hayu juga mengatakan bahwa semangat nasionalisme ini sangat relevan di era globalisasi. Di era yang serba digital ini, orang bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Apalagi, border antarnegara di era ini sudah semakin hilang.

“Di era ini, perbatasan antarnegara sudah semakin pudar. Ditambah semakin canggihnya dunia, kita tidak bisa tahu musuh kita siapa. Mereka bisa menyerang kita dari mana saja. Sebagai contoh dari menyebar informasi atau berita hoax. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami dengan benar tentang digital. Bukan hanya asal menggunakan saja,” kata GKR Hayu.

Selanjutnya, GKR Hayu turut mengatakan bahwa untuk mewujudkan kecintaan orang terhadap negara, bisa dilakukan dari hal-hal kecil dulu. Semua orang bisa melakukannya. Tidak perlu menunggu ada orang lain yang melakukan, baru mengikut. Mulai dari lingkungan terdekat terlebih dahulu, seperti keluarga, atau tetangga.

“Mendukung nasionalisme tidak harus yang wow. Sederhana saja, bisa dilakukan dari lingkungan terdekat, misal ada tetangga yang terdampak pandemi, bisa saling membantu. Paling tidak, jangan melupakan rasa kemanusiaan,” ujar GKR Hayu.

Selain itu, Gusti Hayu juga memberikan pandangannya terhadap bonus demografi yang diperkirakan terjadi di Indonesia tahun 2030. Menurutnya, pemerintah harus membangun fondasinya, agar masyarakat Indonesia bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya untuk mencapai hal itu.

“Pemerintah perlu memberikan dukungannya kepada masyarakat Indonesia. Bukan hanya urusan sekolah saja, namun juga support pada ibu hamil, pengurangan stunting, sekolah gratis, dan juga beasiswa. Pemerintah harus aware karena itu jangka panjang. Masyarakatnya sendiri juga harus mau belajar. Jangan hanya menyibukan diri dengan menyebar hal-hal negatif,” tegas GKR Hayu.

Terkait pandangan sempit yang sekarang banyak beredar dan menguji kebhinekaan Indonesia, menurutnya  ini merupakan salah satu risiko ketika tidak ada musuh yang sama. Orang-orang mencari musuh baru dengan menyebarkan informasi hoax, sampai akhirnya terjadi konflik.

“Penyebaran informasi hoax inilah yang banyak membuat masyarakat memiliki pandangan sempit, sehingga memicu konflik antarkelompok. Kita harus sangat berhati-hati. Mulailah dari pandai mengakses informasi dengan benar, jangan asal menyebar luaskan informasi yang belum tentu benar. Itu bisa memicu konflik,” tanggap GKR Hayu.

Ia juga berharap, semangat nasionalisme tidak hanya muncul menjelang hari-hari besar negara saja.  Namun, bisa terlihat setiap saat dalam kehidupan sehari-hari.

“Untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme, kita bisa melakukannya di kehidupan sehari-hari. Jangan menunggu orang lain yang melakukan. Fokus saja dengan hal positif yang kita lakukan, walaupun itu hal kecil. We can do more than we think we can,” tutup GKR Hayu.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS