Grup Konglomerat Media Coba Selamatkan BlackBerry di Indonesia

marketeers article

Baru-baru ini BlackBerry dikabarkan siap menyerah di bisnis smartphone yang membesarkan nama mereka. Pasalnya, pemasukan mereka tidak sebanding pengeluaran sehingga rugi. Di Indonesia sendiri walau bisnis handset mereka tidak menunjukan tanda-tanda pencerahan, aplikasi BlackBerry Messenger (BBM) masih jadi favorit di berbagai platform unduhan.

Dirilis oleh Tech In Asia berdasarkan App Annie, BBM masih merajai aplikasi gratis di Google Play melangkahi aplikasi Facebook dan Facebook Messenger. Lalu menurut laporan WSJ Januari lalu, pengguna aktif BBM di Indonesia mencapai 55 juta. Angka itu tentu sangat besar. Maka tidak heran BlackBerry mencoba untuk terus menghidupkan bisnisnya terutama aplikasi berkirim pesan mereka ini.

Baru-baru ini perusahaan asal Kanada itu resmi menggaet grup konglomerasi media Emtek. Dalam siaran persnya, kerja sama strategis ini membuat Emtek memiliki lisensi untuk mengembangkan aplikasi BBM lebih lanjut lagi untuk platform Android, iOS, dan Windows Phone. Untuk memperkuat hal tersebut, salah satu divisi Emtek di bidang konten digital KMK Online akan membuka kantor di Toronto markas BlackBerry di Kanada.

Nantinya, BlackBerry akan memanfaatkan jaringan media Emtek mulai dari televisi, properti internet, konten produksi, sampai artis-artis mereka. Walau tidak dijelaskan secara gamblang, sekiranya pengguna BBM akan punya akses ke jaringan media Emtek, platform video online, sampai konten-konten yang sifatnya premium. Selain itu pengguna BBM akan bisa melakukan transaksi e-commerce sekaligus dengan metode pembayarannya.

BlackBerry sendiri sekarang mengklaim telah memiliki 60 juta pengguna aktif per bulannya. Emtek berharap dengan kerja sama ini dapat mendapatkan pemasukan potensial. Selain itu alasan lain kolaborasi tersebut adalah semakin mengefisiensikan biaya operasional dengan memanfaatkan software dan IP milik BlackBerry.

Emtek selama ini bisa dikatakan sebagai konglomerasi media yang sudah malang melintang berbisnis di Indonesia. Sebut saja stasiun televisi SCTV dan Indosiar menjadi lini bisnis yang sangat dikenal. Selain itu ada juga stasiun televisi O Channel serta beberapa rumah produksi konten televisi seperti sinetron dan FTV. Konon kerja sama ini memiliki nilai Rp 2,7 triliun selama enam tahun.

 

Editor: Eko Adiwaluyo

Related

award
SPSAwArDS