Gunakan EBT, Kemenperin Klaim Industri Keramik Hemat Rp 5 Miliar

marketeers article
Ilustrasi pabrik keramik, sumber gambar: 123rf

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim penggunaan energi baru terbarukan (EBT) atau energi hijau di industri keramik mampu menghemat biaya operasional sebesar Rp 5 miliar. Dengan adanya penghematan, diperkirakan dapat meningkatkan daya saing produk keramik nasional.

Doddy Rahadi, Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin mengatakan untuk menggenjot penggunaan EBT pemerintah telah menerbitkan tujuh sertifikasi industri hijau. Sertifikasi tersebut terdiri dari industri ubin keramik dan kaca.

“Dengan penerapan standar industri hijau ini, tercatat beberapa industri tersebut dapat melakukan efisiensi biaya sebesar kurang lebih Rp 5 miliar dari penurunan energi yang digunakan,” ujar Doddy melalui keterangannya, dikutip Senin (10/10/2022).

Menurut dia, dari segi kebijakan sertifikasi industri hijau, Kemenperin telah menerbitkan sebanyak 28 standar industri hijau melalui Peraturan Menteri Perindustrian. Termasuk pula di antaranya standar industri hijau untuk produk ubin keramik, peralatan saniter dari keramik, kaca lembaran, kemasan dari kaca, kaca pengaman berlapis, kaca pengaman diperkeras dan perlengkapan rumah tangga dari tanah liat atau keramik.

Tak hanya itu, Doddy menyebut pemerintah tengah fokus memacu daya saing industri keramik sekaligus menahan laju impornya. Salah satu langkah strategis yang telah ditempuh adalah pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Wajib untuk beberapa produk keramik serta kebijakan safeguard.

“Selain itu, dalam upaya pengembangan industri keramik, kebijakan terbaru adalah pemberian stimulus harga gas sebesar US$ 6 per million british thermal unit (MMBTU). Terbukti dengan beberapa kebijakan yang telah diterbitkan, angka impor produk keramik mengalami penurunan,” ujarnya.

Sebelumnya, Kemenperin memperkirakan tahun ini menjadi momentum kebangkitan sektor Industri pengolahan non-migas, termasuk untuk industri keramik. Hal ini tercermin dari kinerja positif industri keramik sebagai subsektor dari industri bahan galian nonlogam, yang tumbuh 1,35% dengan kontribusi 0,47% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I tahun 2022.

Capaian ini menempatkan industri bahan galian nonlogam sebagai peringkat kedua dalam kontribusi perkembangan investasi di sektor industri kimia, farmasi dan tekstil (IKFT) sebesar 2,69%. Pada triwulan I 2022, industri manufaktur mampu tumbuh sebesar 5,47%, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%. 

Pencapaian industri pengolahan nonmigas tersebut juga didukung kinerja positif sektor IKFT yang tumbuh sebesar 4,71% atau naik 0,14% dibandingkan kuartal akhir tahun 2021.

Editor: Ranto Rajagukguk

Related

award
SPSAwArDS