Hermawan Kartajaya Ungkap Strategi Majukan Bisnis Petani Lokal

marketeers article
Hermawan dalam Ngobrol Pintar (NGOPI) Agribusiness Entrepreneurial Marketing bersama Asia Council for Small Business (ACSB) di Bali, Jumat (20/6/2025). (Foto: Doc. MCorp)

Petani di Indonesia kerap mengalami berbagai tantangan dalam mengembangkan usahanya. Adapun berbagai tantangan yang jamak dihadapi petani di antaranya keterbatasan akses modal, infrastruktur yang tidak memadai, hingga kurangnya pengetahuan tentang manajemen bisnis.

Kondisi tersebut diperburuk dengan fluktuasi harga panen yang kerap menghantui dan sulitnya menjual hasil panen. Alhasil, banyak petani yang memilih menjual hasil panennya melalui tengkulak.

BACA JUGA: Ada Pemikiran Hermawan Kartajaya di Wajah Perekonomian Sulut

Melihat fenomena tersebut, Hermawan Kartajaya, pakar pemasaran sekaligus Founder and Chair of MCorp mendorong petani untuk tidak hanya fokus pada hulu pertaniannya saja yang meliputi pengolahan tanah, bercocok tanam, hingga panen. Petani seharunya juga lebih peduli dengan industri hilirnya berupa produk olahan makanan sehingga bisa memberikan nilai tambah.

“Petani kalau mau sukses jangan dibiarkan sendiri. Jadi dari hulu sampai hilir harus digabung, sambungan ini yang dinamakan supply chain. Ini yang kemudian menjadi diferensinya,” kata Hermawan dalam Ngobrol Pintar (NGOPI) Agribusiness Entrepreneurial Marketing bersama Asia Council for Small Business (ACSB) di Bali, dikutip Jumat (20/6/2025).

BACA JUGA: Hermawan Kartajaya: CI-EL Membuat Manusia Tak Bisa Digantikan AI

Sosok yang akrab disapa HK ini berpendapat, agar bisa mendapatkan nilai tambah dari produk pertaniannya, petani perlu menguasai strategi branding dan marketing. Kendati demikian, banyak petani yang masih belum peduli dengan peran kedua ilmu tersebut sehingga diperlukan peran dari stakeholder lain seperti ACSB untuk membantu branding dan marketing.

Hermawan mencontohkan, strategi seperti ini telah sukses dilakukan di Provinsi Kalimantan Selatan. Di wilayah tersebut, pemerintah setempat memanfaatkan dana tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) perusahaan untuk pengembangan lahan gambut menjadi pertanian jagung.

Para petani jagung setempat, diberikan kesempatan mulai dari pelatihan menanam yang efektif, hingga branding dan marketing. Setelah itu, hasil panen disalurkan ke restoran-restoran yang seluruh prosesnya dikelola langsung oleh petani.

“Petani di Indonesia itu kebanyakan tidak pintar dalam membuat brand dan marketing-nya sendiri. Jadi perlu dibantu dan peran ACSB itu sangat bisa membantu petani untuk sukses,” tuturnya.

award
SPSAwArDS