Hermina Hospital Group Tak Gegabah Hadapi Gejolak Rupiah

marketeers article

Kuartal pertama tahun ini, berbagai industri dikejutkan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Angka ini sempat menembus angka Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat. Banyak pihak yang mengkhawatirkan rupiah yang terus melemah. Industri rumah sakit juga tak lepas dari kekhawatiran ini. Pasalnya, ada beberapa komponen penunjang pelayanan kesehatan yang masih diimpor dari luar.  

Bagi Hermina Hospital Group (HHG), anjloknya rupiah hanya berpengaruh pada kenaikan alat kesehatan dan alat umum serta obat-obatan. Alasannya, kedua hal tersebut masih diimpor dari luar negeri. “Hermina Hospital Group masih belum merasa perlu melakukan tindakan antisipatif karena pengaruhnya tidak terlalu besar,” kata dr. Hasmoro, Direktur Utama Hermina Hospital Group di Jakarta kepada Marketeers beberapa waktu lalu.

Sama seperti industri lainnya, penetapan harga pada industri rumah sakit membutuhkan pertimbangan yang matang. Tentu, setiap rumah sakit memiliki kebijakan berbeda terkait hal ini. HHG selalu mengevaluasi tarif yang berlaku pada rumah sakit setiap tahunnya. Bagi HHG, menaikkan harga bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan semena-mena.

Dalam menentukan harga, Hermina Hospital Group tidak menggunakan “kacamata kuda”. HHG juga mengamati kompetitor dalam menentukan harga. Hal ini bisa menjadi acuan untuk menempatkan harga yang diinginkan di tengah persaingan industri rumah sakit. “Dari semua faktor yang dijadikan pedoman dalam menetapkan harga, jasa dokter spesialis memegang porsi terbesar,” kata Hasmoro.

Banyak faktor yang menjadi penentu dalam menetapkan harga. HHG melihat besarnya inflasi per tahun menjadi salah satu yang wajib menjadi pertimbangan. Pertumbuhan ekonomi juga menjadi indikator penting yang dijadikan referensi dalam menetapkan besaran persentase kenaikan harga. 

Related

award
SPSAwArDS