Iklan Mobile Cuma Kuasai 5% dari Total Iklan Indonesia

marketeers article

Selama ini, brand memang banyak mengalokasikan bujet iklannya di sejumlah media konvensional, seperti televisi, surat kabar, dan media. Di sisi lain, pertumbuhan piranti mobile di Indonesia melesat tajam. Akankah itu seiring dengan pertumbuhan mobile marketing (pemasaran mobile)?

Program Director Mobile Marketing Association (MMA) Asia Pasific Limited Azalea Aina mengatakan penetrasi mobile marketing masih amat rendah di Tanah Air. Hal ini dapat dilihat dari total bujet iklan mobile marketing yang tak sampai 5% dari kesulurahan bujet iklan di Indonesia.

Televisi masih mendominasi porsi iklan di Indonesia. Dengan penetrasi televisi yang mencapai 99%, tak ayal media ini masih dimanfaatkan brand untuk menyebar konten iklannya.

Marketers masih berpikir bahwa beriklan itu ya di televisi. Sebab, mereka sudah terbiasa dengan TV. Sedangkan digital dianggap media baru yang menimbulkan banyak pertanyaan; kira-kira apa yang bisa dilakukan brand di dunia mobile?,” kata Azalea.

Dia menambahkan, dengan penetrasi mobile yang terus menanjak, membuat cara orang mengonsumsi media mulai berubah. Mereka kini menyaksikan televisi sembari memegang gawai yang terkoneksi internet.

Mobile marketing tidak menggantikan iklan konvensional, melainkan melengkainya. Bagi kami, ini peluang brand untuk memaksimalkan titik sentuh tersebut,” tuturnya.

Ia memberi contoh, misalnya, saat seseorang asik memegang gawai ketika menonon televisi, brand bisa menawarkan iklan yang langsung bisa dibeli saat itu juga.

“Mobile marketing yang sedang tren adalah opsi “Buy Now” yang memungkinkan pengguna membeli produk setelah melihat iklan tersebut,” terang Azalea.

Rohit Dadwal, Managing Director MMA mengatakan, berdasarkan penelitian SmoX MMA, Pelaku pemasaran disarankan mengalokasikan 15%-20% dari total pengeluaran pemasaran mereka untuk mobile marketing. Di Asia Pasifik, rata-rata alokasi merek di mobile marketing sekira 7%-10%..

Ia meyakini, ke depan, semakin banyak merek mengalokasikan bujet iklannya di piranti mobile. “Dari 1% menjadi 10%-20%,” jelasnya.

Dia mengatakan, perusahaan makin menyadari bahwa periklanan mobile membuat merek dapat menyasar target audiens secara lebih spesifik.

Editor: Sigit Kurniawan

Related

award
SPSAwArDS